Selasa 25 Feb 2020 19:34 WIB

Menkes Terangkan Kondisi 9 WNI yang Dirawat di Jepang

Ada 9 WNI terinfeksi Corona di kapal Diamond Princess saat ini dirawat di Jepang.

Rep: Antara, Haura Hafizhah/ Red: Andri Saubani
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengatakan, sembilan warga negara Indonesia (WNI) yang dinyatakan positif terserang virus Corona jenis baru atau COVID-19 di kapal pesiar Diamond Princess tidak dalam keadaan sakit berat. Sebanyak 691 orang dari 3.711 penumpang dan ABK Diamond Princess dikonfirmasi positif terinfeksi COVID-19.

"Mereka dirawat baik oleh Jepang, yang lima orang diobservasi di rumah sakit, yang empat orang masih di kapal dan itu sembilan orang baru demam, buat saya mereka dirawat dengan baik, dan dalam kondisi yang tidak berat," kata Terawan di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (25/2).

Baca Juga

Ada 78 orang WNI di kapal pesiar Diamond Princess, yang dalam perjalanan berlabuh di Yokohama, Jepang, untuk menjalankan proses karantina berkenaan dengan penyebaran COVID-19, penyakit akibat infeksi virus Corona. Sembilan dari WNI yang berada dalam kapal tersebut terpapar virus Corona dan sedang menjalani perawatan di Jepang.

"Mereka ABK (anak buah kapal), itu memang kru. Jadi dia memang kerja di situ, artinya lingkungan hidupnya, ya mudah-mudahanlah akhirnya nanti tambah dikuatkan. Kalau ada trauma healing (pemulihan trauma) ya mudah-mudahan bisa melewati masa-masa sulit dengan baik," kata Terawan.

Sejumlah negara sudah mengevakuasi warganya dari kapal tersebut, termasuk di antaranya Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Kanada, Italia, Hong Kong, dan Israel. Hingga saat ini, Pemerintah Indonesia masih melakukan negosiasi untuk menjemput 69 WNI yang masih berada di kapal DiamondPrincess.

"Sekarang kemungkinan untuk dia dari negatif menjadi positif berapa persen? 20 persen. Artinya kalau saya ngambil 60 saja, berarti kemungkinan 12 akan jadi positif. Apa yang terjadi di Amerika, di Australia, makanya diperlukan cara-cara khusus, negosiasi dengan Jepang untuk bisa mengambil jalan yang paling tepat. Karena kalau grusa-grusu, keburu-buru, apa yang terjadi dengan Amerika, apa yang terjadi dengan Korea, apa yang terjadi dengan Australia, yang membuat menjadi episentrum baru?" jelas Terawan.

Terawan yakin seluruh penumpang dan ABK yang masih ada di kapal Diamond Princess diurus dengan baik oleh Pemerintah Jepang. "Ini kan masih di Jepang, diurusi oleh Pemerintah Jepang meskipun letaknya di kapal tapi ini kan di wilayah Jepang, dan oleh Pemerintah Jepang enggak dibiarkan begitu aja. Logistik juga diberi, apapun juga diberi," katanya.

[video] 3.700 Orang Dikarantina di Kapal Pesiar Jepang

Terawan mengatakan, bahwa saat ini pemerintah masih berkonsentrasi mengevakuasi 188 WNI di kapal pesiar World Dream yang hingga saat ini masih berada di perairan internasional dekat Bintan karena ditolak bersandar di seluruh negara termasuk Indonesia. Hasil pemeriksaan kesehatan ekstensif menunjukkan seluruh WNI yang menjadi awak kapal tersebut bebas dari virus Corona, demikian pula seluruh penumpang kapal yang telah meninggalkan kapal pada pelayaran terakhir 9 Februari 2020 dari Hong Kong.

Rencananya, KRI Dr Soeharso-990, kapal rumah sakit milik TNI Angkatan Laut, akan berangkat menjemput 188 WNI di kapal tersebut pada Kamis (26/2) untuk dibawa ke Pulau Sebaru Kecil di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. KRI Soeharso dijadwalkan tiba di Pulau Sebaru Kecil pada Jumat (28/2).

"Kita memang konsentrasi ke Dream World dulu ini jalan. Melihat riwayat perjalanannya saya menduga, saya memperkirakan, ini kemungkinan besar bisa clear karena itu saya izinkan semuanya bisa masuk dengan baik ke wilayah Indonesia dan bisa diobservasi 14 hari. Tapi tetap aja, kehati-hatian itu harus dilaksanakan, makanya harus dibawa ke pulau yang kalau bisa tidak ada penduduknya. Ada prinsip kehati-hatian," ia menambahkan.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto menerangkan, dahulu Pulau Sebaru Kecil merupakan tempat rehabilitasi narkoba. Bangunan tersebut sudah ada sejak 2008 yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun, hingga sekarang tempat tersebut tidak terpakai tetapi ada 10 orang yang merawat gedung tersebut.

Yurianto menambahkan, bangunan tersebut berjumlah delapan tingkat. Di dalamnya semua terdapat 168 kamar. Di tempat tersebut juga terdapat sumber air yang dikelola secara baik.

Lalu, tempat tersebut dipilih untuk dilakukan observasi WNI karena jauh dari permukiman. Tidak ada sama sekali masyarakat yang tinggal disana. Namun, hanya ada nelayan yang singgah sebentar setelah mencari ikan.

Pulau Sebaru Kecil akan menjadi wilayah Ring 1. Artinya hanya terdiri dari 188 WNI dan tim kesehatan dari Kemenkes, tim pendukung untuk kebersihan dan pengawasan yang akan berangkat menuju Pulau Sebaru Kecil pada (26/2). Lalu, Ring 2 ditempatkan di kapal yang akan menjadi pusat kendali administrasi untuk memantau pasokan logistik. Seperti makanan , bahan bakar minyak (BBM) dan genset yang dipakai untuk menghantarkan listrik di pulau tersebut.

“Hari Jumat (28/2) pada dini hari pukul 03.00 Kapal KRI dr. Soeharso akan tiba di Pulau Sebaru Kecil. Saat mereka turun di Pulau Sebaru Kecil akan dilakukan pemeriksaan ulang. Mudah-mudahan semuanya sehat ya,” kata Yurianto.

photo
Nama Baru Corona

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement