Senin 24 Feb 2020 20:28 WIB

BNPB Tegaskan Susur Sungai Bukan Kegiatan untuk Anak-Anak

Susur sungai harus dilakukan oleh profesional dan melibatkan tim peringatan bencana.

Petugas melakukan penyisiran lanjutan untuk mencari sejumlah anggota pramuka SMP N 1 Turi yang tenggelam di Kali Sempor, Pandowoharjo, Sleman, D.I Yogyakarta, Sabtu (22/2/2020). Saat ini tim gabungan berhasil menemukan sebanyak sembilan korban meninggal dunia yang hanyut terbawa arus aliran Sungai Sempor saat melakukan susur sungai pada Jumat (21/2/2020),
Foto: Antara
Petugas melakukan penyisiran lanjutan untuk mencari sejumlah anggota pramuka SMP N 1 Turi yang tenggelam di Kali Sempor, Pandowoharjo, Sleman, D.I Yogyakarta, Sabtu (22/2/2020). Saat ini tim gabungan berhasil menemukan sebanyak sembilan korban meninggal dunia yang hanyut terbawa arus aliran Sungai Sempor saat melakukan susur sungai pada Jumat (21/2/2020),

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan kegiatan susur sungai tidak boleh dilakukan oleh anak-anak. Melainkan, harus dari kalangan profesional atau ahli di bidang tersebut.

"Susur sungai ini harus profesional. Kemudian ada tim kerjanya yakni ada tim bagian hulu, tim bagian tengah serta tim peringatan bencana kalau ada apa-apa sehingga bisa segera diinformasikan," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo di Jakarta, Senin (24/2).

Baca Juga

Penegasan tersebut disampaikan terkait ratusan siswa SMPN 1 Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang terseret arus banjir di Sungai Sempor, Padukuhan Dukuh, Desa Donokerto saat kegiatan Pramuka dengan agenda susur sungai pada Jumat (21/2). Ia mengatakan, ada standar khusus yang harus dipenuhi dalam kegiatan susur sungai termasuk pula tidak boleh dilakukan saat musim hujan.

Sehingga, katanya, susur sungai mesti dilakukan saat sebelum musim hujan. Di lokasi susur sungai tersebut nantinya dilakukan kegiatan pembersihan sungai dari seluruh hambatan yang ada.

Hambatan tersebut, kata Agus, adalah yang menghadang aliran air dari hulu sampai hilir sehingga bisa lancar dan tidak menyebabkan banjir. "Jadi misalnya ada sampah, ya dibersihkan. Jika ada hambatan-hambatan apa pun, dibersihkan sehingga aliran air bisa lancar hingga ke hilir," katanya.

Sementara itu, untuk keseluruhan proses evakuasi di Yogyakarta, ia mengatakan sudah selesai pada Ahad (23/2). Akibat kejadian tersebut, 10 orang meninggal dunia dan semuanya perempuan.

"Semuanya sudah dimakamkan dan seluruh tim evakuasi sudah kembali ke unsur masing-masing," katanya.

Agus mengatakan, dalam kegiatan susur sungai sebenarnya harus menggunakan perlengkapan tertentu termasuk pelindung. Namun, kemungkinan standar keamanan itu tidak dilakukan oleh pihak sekolah.

Apalagi, dalam kegiatan tersebut lebih banyak diikuti oleh siswa, sementara gurunya hanya sedikit dan kemungkinan tidak ada koordinasi dengan pihak keamanan. Hal ini menyebabkan tidak ada pengamanan dan informasi yang cukup, demikian Agus Wibowo.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement