REPUBLIKA.CO.ID,LEBAK -- Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Lebak memfasilitasi warga korban bencana banjir bandang dan longsor agar memiliki tempat hunian sementara difokuskan di Kecamatan Lebak Gedong dan Sajira. Selama ini, warga yang terdampak bencana banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lebak masih banyak tinggal di posko pengungsian dengan menempati tenda-tenda pengungsian.
Kebanyakan tenda pengungsian itu terbuat dari terpal plastik yang dibangun oleh dermawan maupun relawan. "Kita terus menjembatani dan memfasilitasi untuk membantu warga korban bencana alam yang masih tinggal di pengungsian," kata Sekretaris PMI Kabupaten Lebak Martajaya di Lebak, Senin (24/2).
Hingga saat ini bantuan dari pemerintah untuk membangun hunian sementara maupun hunian tetap masih belum direalisasikan. Oleh karena itu, PMI Lebak memfasilitasi kepada lembaga kemanusiaan maupun relawan atau donatur yang ingin membangun tempat tinggal hunian sementara bagi warga yang terdampak bencana alam.
"Kami menargetkan semua warga pengungsi bisa tinggal di tenda-tenda pengungsian," katanya menjelaskan.
Menurut dia, PMI Lebak juga menggalang dana bersama PMI se-Banten untuk meringankan beban warga korban banjir bandang dan longsor yang menimbulkan ribuan warga kehilangan tempat tinggal.
Selain itu juga mengakibatkan kerusakan infrastruktur jalan, jembatan, sekolah, kantor pemerintahan, pesantren hingga sembilan warga dilaporkan meninggal dunia.
PMI dan pemerintah daerah bekerja keras untuk membantu warga korban banjir bandang dan longsor agar bisa kembali pulih, sehingga bisa hidup nyaman, aman dan sehat. "Kami terus membantu sarana fisik untuk warga yang terdampak banjir bandang dan longsor itu dengan memfasilitasi membangun hunian sementara itu," katanya menjelaskan.
Bubun (55), seorang tokoh masyarakat Kampung Seupang Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak mengaku bahwa warga kini sudah tinggal di tenda pengungsian yang dibangun dermawan dan relawan.
Bahkan, PMI Lebak dapat memfasilitasi pembangunan hunian sementara hingga 50 unit dengan 290 jiwa dari 70 kepala keluarga. "Semua warga di sini tinggal di tenda pengungsian, karena menunggu relokasi yang dijanjikan pemerintah daerah," katanya menjelaskan.