REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir yang terjadi pada akhir pekan lalu menyisakan lumpur di sejumlah titik. Salah satunya sisa banjir yang merendam Jalan Raya Kayu Putih, Pulo Gadung, Jakarta Timur.
"Kami imbau pengendara untuk berhati-hati saat melintas, meski banjir sudah surut, tapi masih ada lumpurnya," kata Kepala Seksi Operasional Damkar, Jakarta Timur, Gatot Sulaeman, Senin (24/2).
Sebanyak dua unit armada pompa berikut 14 personel damkar telah dikerahkan menuju lokasi untuk proses pembersihan lumpur. Pembersihan lumpur dimulai pukul 09.40 WIB.
Petugas membersihkan lumpur menggunakan alat semprot kebakaran mengarah ke sebagian jalur lambat Jalan Raya Kayu Putih. Sumber air dari saluran air terdekat di bahu jalan disedot menggunakan alat dan dialirkan melalui selang penyemprot yang dikendalikan sejumlah petugas.
Selama proses pembersihan lumpur, petugas hanya memfungsikan jalur cepat bagi pengendara yang melintas. Jalan Raya Kayu Putih terendam imbas hujan lebat yang terjadi pada Ahad dini hari.
Otoritas terkait mengalihkan seluruh pengendara menuju jalan alternatif memanfaatkan Jalan Tol Cempaka Putih. Selain merendam Jalan Kayu Putih, banjir juga menyergap kawasan penduduk di Perumahan Pulomas dengan ketinggian hampir mencapai satu meter. Saat ini, sejumlah titik banjir di wilayah Jakarta Timur sebagian besar telah surut.
Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur memastikan seluruh ruas jalan yang terendam seluruhnya telah pulih dan bisa dilalui pengendara. Kepala Seksi Pengendalian dan Operasional Sudinhub Jakarta Timur, Riky Erwinda, mengatakan, ruas jalan yang sebelumnya sempat ditutup akibat terendam air setinggi 80 sentimeter berada di Jalan Raya Kayu Putih, Pulogadung.
Hingga Senin pagi, perlintasan Tanjung Priok-Bekasi itu sudah bisa dilewati oleh kendaraan roda dua maupun empat. Kondisi yang sama juga dilaporkan dari Jalan Raya Perintis Kemerdekaan. Saat ini, badan jalan telah aman dilintasi kendaraan.
"Jalan Raya Ahmad Yani dan Jalan Pulomas Raya juga sudah bisa dilewati motor dan mobil. Air sudah surut," kata Riky.
Meski banjir telah surut, warga yang berada di bantaran Kali Ciliwung diminta untuk tetap mewaspadai kenaikan muka air di sejumlah pintu air. Suku Dinas Sumber Daya Air (Sudin SDA) Kota Jakarta Selatan mengatakan, hal ini seiring meningkatnya status tinggi muka air di Bendung Katulampa, Bogor.
"Kita sudah mengimbau melalui 'HT', media sosial, dan pesan grup Whatsapp agar waspada," ujar Kasudin SDA Jakarta Selatan, Mustajab.
Berdasarkan informasi dari petugas Bendung Katulampa, tinggi muka air Sungai Ciliwung mengalami peningkatan pada Senin pukul 07.00 WIB dengan ketinggian mencapai 100 sentimeter atau siaga III banjir untuk masyarakat hilir Jakarta. Kenaikan muka air Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa, Kota Bogor, seiring dengan hujan yang turun di kawasan Puncak.
Berdasarkan data terakhir, ketinggian muka air Ciliwung di Bendung Katulampa pukul 08.00 WIB surut 10 sentimeter, yakni turun ke level 90 cm, tetapi masih berstatus siaga III. Menurut Mustajab, kiriman air dari Bogor akan tiba di Jakarta dalam waktu sembilan jam mendatang. Wilayah yang akan dilalui, seperti Pejaten Timur, Cikoko, Rawajati, Pengadegan, Kebon Baru, dan Buki Duri.
Dievaluasi
Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Abdul Azis meminta Pemprov DKI Jakarta lebih serius menangani banjir. Sebab, Abdul Azis melihat masih ada beberapa kawasan yang harusnya genangan bisa lebih cepat surut, tetapi ternyata masih saja waktu surut lama terjadi.
"Saya kira ini juga jadi catatan buat Pemda DKI agar lebih serius menangani banjir ini karena kami melihat masih ada pompa-pompa yang belum berfungsi atau berfungsi, tapi kapasitas pompa itu kurang besar kurang memenuhi syarat untuk merespons fenomena alam seperti ini," ujar Azis, Senin.
Azis berharap keseriusan Pemprov DKI juga didukung fasilitas serta infrastruktur yang digunakan sehingga penanganan banjir juga mudah dikaji ulang dan direvitalisasi, mana yang kurang dan mana yang sudah baik. Dengan cara itu, ia yakin Pemprov DKI lebih siap menangani banjir ini.
Karena, ia melihat ada beberapa kawasan yang seharusnya bisa diantisipasi genangannya, tetapi ternyata tetap terjadi banjir. Seperti di beberapa kawasan yang memiliki saluran besar dan pintu air di Menteng, seharusnya bisa dibuka-tutup.
Ia menilai seharusnya ada prosedur operasional standar (POS). Misalnya, kalau hujan sudah ekstrem dan genangan air sudah tinggi kapasitasnya, pintu air mana yang mesti dibuka dan berapa besar pintunya dibuka. "Kalau memang sudah punya, harus di-review bersama. Namun, kalau memang belum ada, SOP ini harus segera dibuat," kata dia.