Senin 24 Feb 2020 18:57 WIB

Mundur dari PM Bukan Langkah Akhir Mahathir

Sejumlah skenario terbuka dari pengunduran diri Mahathir.

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad tiba di Istana Nasional, di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (24/2/2020). Menurut laporan media, Mahathir Mohamad mengundurkan diri sebagai perdana menteri Malaysia.
Foto: EPA-EFE/Fazry Ismail
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad tiba di Istana Nasional, di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (24/2/2020). Menurut laporan media, Mahathir Mohamad mengundurkan diri sebagai perdana menteri Malaysia.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dwina Agustin, Fitriyan Zamzami

Pengunduran diri Tun Dr Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri (PM) Malaysia membawa kabar tidak terduga bagi banyak pihak. Namun, analis melihat keputusan tersebut bisa saja bukan langkah akhir untuknya dalam kepemimpinan keduanya.

Baca Juga

"Medan itu terbuka lebar untuknya," ujar Direktur Jajak Pendapat Merdeka, Ibrahim Suffian.

Suffian menyatakan, Mahathir bisa saja kembali ke kedudukan sebelumnya dengan pergerakan yang lebih leluasa. Dia akan memiliki kebebasan untuk memilih koalisi dan sosok yang akan membantunya dalam kabinet.

"Jika dia menganggap kembali sebagai PM, dia memiliki kebebasan untuk memilih mitranya atau yang dia ingin menjadi bagian dari kabinetnya," ujar Suffian.

Pakar perpolitikan Asia dan peneliti dari National University of Singapore Dr Mustafa Izzuddin mengatakan, ada beberapa skenario dari pengunduran diri. “Ini akan sangat tergantung dari pertemuan Mahathir dengan Raja Malaysia. Jika raja menyetujui pengunduran diri Mahathir, Wakil Perdana Menteri Wan Azizah bisa menjabat sebagai pejabat perdana menteri,” kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Senin (24/2).

Namun, skenario itu juga hanya dimungkinkan bila Pakatan Harapan, koalisi partai pendukung Mahathir, tetap memiliki mayoritas kursi di parlemen. Sementara ini, kemungkinan itu terancam dengan menyeberangnya Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) dan sejumlah anggota parlemen dari Partai Keadilan Rakyat (PKR) yang sebelumnya merupakan anggota Pakatan Harapan.

Selain itu, Raja Malaysia juga tampaknya sudah memutuskan bahwa Mahathir akan menjabat sebagai perdana menteri interim hingga nantinya perdana menteri dan kabinet baru terpilih. Artinya, Mahathir akan tetap menangani administrasi hingga perdana menteri baru ditunjuk kerajaan atau terpilih melalui pemilihan umum susulan.

Kemungkinan lainnya, adalah pembubaran parlemen dikuti dengan pemilihan umum. Selain itu, mungkin juga Bersatu serta para pembelot dari PKR menggabungkan kekuatan dengan partai oposisi UMNO dan Partai Islam Se-Malaysia (PAS) untuk membentuk mayoritas di parlemen dan membentuk pemerintahan selanjutnya. PAS dan UMNO diketahui telah bergabung dalam Mufakat Nasional.

Sedangkan untuk alasan Mahathir mengundurkan diri, ada sejumlah kemungkinan, menurut Mustafa Izuddin. “Mahathir sekarang tak perlu mengambil keputusan soal siapa penggantinya, termasuk Anwar Ibrahim,” kata Mustafa.

Saat membentuk Pakatan Harapan, partai-partai di dalamnya memang bersepakat bahwa Mahathir hanya akan berkuasa selama dua tahun kemudian menyerahkan kekuasaan untuk Anwar Ibrahim.

Kemungkinan kedua, seperti yang juga disampaikan Anwar Ibrahim, Mahathir tak suka dengan langkah pimpinan Bersatu merencanakan persekutuan dengan UMNO. Selanjutnya, Mahathir mungkin tak senang terus ditekan menyerahkan kepemimpinan pada Anwar.

Yang jelas, kata Mustafa, peluang Anwar Ibrahim menduduki tampuk perdana menteri jauh lebih sulit saat ini. Kemungkinannya, Anwar Ibrahim harus kembali mengikuti pemilihan umum sebagai pemimpin gerakan reformasi seperti yang ia lakukan pada 1998.

Mustafa juga menilai bahwa kemungkinan UMNO mengambil alih kekuasaan masih agak sukar. “Para pimpinan UMNO hanya ingin jadi bagian dari perbincangan dan melalui itu jadi bagian pemerintahan,” kata dia.

Isu pembentukan koalisi Melayu-Islam meruak menjelang pengunduran diri Mahathir Mohamad. Koalisi itu disebut bakal terdiri dari Bersatu, UMNO, PAS, dan sejumlah faksi PKR. Apakah motif rasialis jadi faktor dalam langkah terbaru Mahathir? “Mereka sebenarnya lebih didorong keinginan berkuasa ketimbang faktor rasial. Tapi, menyingkirkan DAP (Partai Aksi Demokratik) yang terkesan pro-Tionghoa bisa merebut suara populasi Malaysia yang konservatif,” kata Mustafa.

Kantor Mahathir mengumumkan dia telah mengirim surat pengunduran dirinya kepada Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'uddinuddin Al-Mustafa Billah Shah pukul 13.00 waktu setempat. Sosoknya pun akhirnya muncul di Istana Negara pada pukul 17.00 setelah sebelumnya sosok Anwar Ibrahim yang berkunjung.

Anwar mengatakan, pertemuan dengan Raja untuk menyampaikan pandangannya dan meminta nasihat raja untuk kepentingan negara. Dia pun menyatakan dukungan untuk Mahathir tidak melepaskan jabatan yang didapatkan pada pemilihan Mei 2018. Namun, keputusan akhir dari pengunduran diri baru akan diketahui setelah pertemuan Mahathir dan Raja.

Mahathir, menurut Anwar, mengatakan dia memutuskan berhenti setelah tuduhan akan membentuk koalisi dengan partai-partai oposisi United Malays National Organisation (UMNO) dan PAS. Hanya saja, pria berusia 94 tahun ini tidak ingin diasosiasikan dengan kelompok tersebut.

"Dia berpikir bahwa dia seharusnya tidak diperlakukan dengan cara itu, untuk mengasosiasikan dia dalam bekerja dengan orang-orang yang kita yakini korup," kata Anwar setelah bertemu dengan Mahthir.

Selain itu, Mahathir pun telah memutuskan mundur dari kepemimpinan partai Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) atau lebih dikenal dengan Bersatu. Keputusan ini menghancurkan koalisi Pakatan Harapan dan membuat ketidakjelasan berjalannya pemerintahan berikutnya.

Secara konstitusional, setiap anggota parlemen yang dapat suara mayoritas di parlemen dapat mengajukan tuntutan untuk membentuk pemerintah. Raja harus memberikan persetujuannya sebelum PM dapat dilantik.

"Sepertinya itu akan diperebutkan sekarang. Siapa yang bisa menarik mayoritas," ujar sumber anomim yang dikonfirmasi Reuters.

Jika tidak ada yang memiliki suara mayoritas dari 112 anggota parlemen, pemilihan umum baru dapat dilakukan. Namun, Anwar tidak mau berkomentar tentang kemungkinan mengajukan klaim untuk membentuk pemerintahan baru.

Mahathir keluar dari masa pensiunnya dari dunia politik dengan mencalonkan diri dalam pemilihan nasional 2018. Sebelum pemilihan itu, dia menjabat PM selama 22 tahun atau lima periode. Dia pemimpin Malaysia antara 16 Juli 1981 hingga 31 Oktober 2003 dengan usia 78 tahun, dilansir Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement