Jumat 21 Feb 2020 17:06 WIB

Warga Terdampak Longsor di Talegong Segera Direlokasi

Setidaknya terdapat 25 bangunan yang terancam akibat bencana longsor di Talegong.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Yudha Manggala P Putra
Wakil Bupati Garut Helmi Budiman meninjau lokasi longsor di Kampung Legok Bintinu, Desa Sukamaju, Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut, Jumat (21/2).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Wakil Bupati Garut Helmi Budiman meninjau lokasi longsor di Kampung Legok Bintinu, Desa Sukamaju, Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut, Jumat (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut siap melakukan relokasi kepada warga yang terdampak bencana tanah longsor yang terjadi di Kampung Legok Bintinu, Desa Sukamaju, Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut, pada Senin (17/2). Setidaknya terdapat 25 bangunan yang terancam akibat bencana itu.

Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman mengatakan, pemkab pihaknya sudah mulai melakukan kajian untuk merelokasi warga. Sementara pemerintah desa setempat telah menyiapkan tanah untuk tempat relokasi, di mana warga sudah setuju. Ia ingin, relokasi dapat berlangsung cepat agar warga yang terdampak tak perlu lagi mengungsi.

Menurut Helmi kondisi tanah yang ada di lokasi sudah tidak memungkinkan untuk ditinggali. Di sini ada 24 rumah yang terancam dan satu masjid. Karena tanah ini masih bergerak, ini akan terus longsor.

"Untuk tanah, saya sudah lihat. Kepala desa setuju dan yang punya juga sudah siap dijual. Dalam waktu tidak lama akan segera dieksekusi," kata dia saat mengunjungi lokasi bencana, Jumat (21/2).

Ia mengakui, proses relokasi membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Namun, ia menargetkan dalam waktu dua bulan bangunan untuk relokasi harus sudah dapat digunakan warga.

Jika tanah sudah dibeli, kata dia, harus langsung dibangun. "Saya perkirakan satu-dua bulan proses pembangunan bisa diselesaikan," kata dia.

Helmi juga mengajak warga sekitar untuk membantu proses pembangunan rumah relokasi. Menurut dia, proses pembangunan akan lebih cepat kalau dilakukan secara bergotong-royong. "Saya minta semua ikut gotong royong, nanti kita (pemkab) ikut bantu. Termasuk pembangunan masjid yang terdampak," kata dia.

Menurut dia kondisi tanah di lokasi kejadian longsor sudah tidak dapat ditempati kembali. Sebab, konstruksi tanah berubah setelah longsor terjadi dan mengancam warga yang tinggal di daerah itu. Apalagi, hingga saat ini tanah masih mengalami pergerakan.

Berdasarkan pantauan Republika, di lokasi itu terdapat dua bangunan yang terancam. Satu rumah warga telah mengalami keretakan pada bagian dinding dan lantainya. Tanah di bawah rumah permanen itu pun bergeser akibat pergerakan tanah.

Rumah itu dan satu unit masjid yang baru dibangun di sampingnya tepat berada di sisi tebing yang mengalami longsor. Sementara puluhan rumah yang berada di sekitar lokasi juga terancam.

Hingga Jumat (21/2), masih terdapat 73 jiwa yang mengungsi lantaran tak berani kembali ke rumah mereka. Sebab, longsor yang terjadi pada Senin dini hari itu juga menimbulkan satu orang korban jiwa.

Helmi mengatakan, masa tanggap darurat di desa itu yang sebelumnya ditetapkan selama tiga hari akan diperpanjang menjadi tujuh hari. Jika belum cukup, masa tanggap darurat akan kembali diperpanjang menjadi 14 hari.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Iman Purnama Ridho mengatakan, terdapat 24 kepala keluarga (KK) atau 73 jiwa warga yang terdampak dan mesti direlokasi. Pihaknya akan segera menindaklanjuti instruksi relokasi dengan mengundang Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk mengecek kondisi tempat relokasi.

Jika di lokasi yang akan dijadikan tempat relokasi memiliki potensi bencana serupa, BPBD akan kembali berkoordinasi dengan Pemkab Garut dan tokoh masyarakat Desa Sukamaju untuk mencari tempat lain. "Namun kalau dinyatakan aman, yang lain menurunkan harga taksiran tanah. Baru kita koordinasi dengan dinas terkait," kata dia.

Ihwal warga yang mengungsi, Iman mengatakan, sementara masih ditempatkan di rumah ketua rukun warga (RW) setempat atau kerabatnya. BPBD merasa tak perlu untuk menyediakan tenda darurat karena masih dapat diatasi oleh warga setempat.

Ia juga menyarankan warga yang rumahnya terancam tak memaksa untuk kembali. Sebab, kondisi di lokasi longsor itu masih terjadi pergerakan tanah dan longsor kecil.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Garut, Ade Hendasyah mengatakan, selama proses pembangunan relokasi, warga yang terdampak akan diungsikan di rumah saudara atau tetangganya. Pihaknya juga tidak akan tempat penampungan (shelter) khusus pengungsi. Sebab, warga rumahnya aman bersedia menampung yang terdampak.

"Yang penting semua aman sementara. Kebutuhan logistik, kita akan koordinasi dengan BPBD untuk pascabencana," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement