REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Bencana tanah longsor yang terjadi di Kampung Legok Bintinu, Desa Sukamaju, Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut, pada Senin (17/2) membuat satu orang meninggal dunia dan puluhan warga terdampak. Warga yang terdampak terpaksa harus mengungsi lantaran rumah mereka terancam longsor susulan.
Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman mengatakan, kondisi tanah di lokasi kejadian longsor sudah tidak dapat ditempati kembali. Sebab, konstruksi tanah berubah setelah longsor terjadi dan mengancam warga yang tinggal di daerah itu.
"Jadi kalau saya lihat kondisi tanah yang ada di lokasi, sudah tidak memungkinkan untuk ditinggali. Karena tanah ini masih bergerak, ini akan terus longsor," kata dia saat mengunjungi lokasi longsor, Jumat (21/2).
Berdasarkan pantauan Republika.co.id, di lokasi itu terdapat dua bangunan yang terancam. Satu rumah warga telah mengalami keretakan pada bagian dinding dan lantainya. Tanah di bawah rumah permanen itu pun bergeser akibat pergerakan tanah. Rumah itu dan satu unit masjid yang baru dibangun di sampingnya tepat berada di sisi tebing yang mengalami longsor.
Helmi mengatakan, di sekitar lokasi kejadian longsor itu terdapat 24 rumah warga dan satu masjid. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, akan merelokasi bangunan yang terdampak ke tempat yang lebih aman.
"Tanahnya saya sudah lihat, sudah ada. Tinggal eksekusi secepatnya," kata dia.
Berdasarkan data Pemerintah Desa Sukamaju, terdapat 73 jiwa di Kampung Legok Bintinu, yang masih mengungsi hingga Jumat. Di sekirtar lokasi, terdapat 24 rumah dan satu masjid yang terdampak longsor. Sebanyak 14 bangunan di antaranya masuk dalam zona merah yang terancam longsor.