Jumat 21 Feb 2020 13:09 WIB

Oded Resmikan TPS Terpadu Pojok Kang Pisman

Sejak ada pojok Kang Pisman, sampah zero waste dan tidak dibuang keluar.

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Agus Yulianto
Wali Kota Bandung, Oded M Danial meresmikan Tempat Pengolahan Sampah Pojok Kang Pisman di Pendopo Wali Kota Bandung, Jumat (21/2).
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Wali Kota Bandung, Oded M Danial meresmikan Tempat Pengolahan Sampah Pojok Kang Pisman di Pendopo Wali Kota Bandung, Jumat (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Ada inovasi baru di lingkungan Pemkota Bandung. Bahkan inonvasi ini diyakini bisa memberikan manfaat lebih, khususnya dalam menangani persampahan yang ada di lingkungan Pemkot Bandung.

Adalah Wali Kota Bandung Oded M Danial didampingi istri Siti Muntamah dan Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana didampingi istri serta jajaran yang meresmikan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Terpadu Pojok 'Kang Pisman' (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan) di pendopo Wali Kota, Jumat (21/2). 

Keberadaannya diharapkan bisa mengolah sampah yang berada di pendopo, sehingga tidak perlu membuang ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Area TPS Terpadu yang relatif luas berada di pojok Utara Pendopo. Fasilitas di dalamnya terdapat mesin pencacah untuk mencacah sampah organik dan non organik. Selanjutnya sampah organik yang dicacah disimpan di komposter yang hasilnya adalah kompos.

Sedangkan sisa makanan bisa dijadikan bahan pakan untuk magot atau dimasukan ke komposter untuk nutrisi kompos. Selanjutnya bisa dimasukkan ke Lodong Sisa Dapur (Loseda) yaitu tempat menyimpan sisa makanan yang hasil akhirnya menjadi kompos.

Sampah non organik seperti plastik dan yang bernilai ekonomis dijadikan kerajinan atau dijual. Sedangkan sisa yang tidak terpakai dicacah agar saat dibuang ke TPA bisa mengurangi beban.

photo
Wali Kota Bandung, Oded M Danial meresmikan Tempat Pengolahan Sampah Pojok Kang Pisman di Pendopo Wali Kota Bandung, Jumat (21/2).

"Peringatan peduli sampah naisonal tahun 2020, puncaknya mang Oded rayakan di pendopo. Sekaligus dirangkaikan dengan peresmian pengelolaan sampah pojok kang Pisman Pendopo," ujarnya disela-sela peresmian, Jumat (21/2).

Dengan luas area pendopo mencapai 1.9 hektare, menurutnya, banyak sampah organika yaitu dedaunan yang jatuh dari pohon. Menurutnya, sampah tersebut termasuk sisa makanan tidak dibuang ke TPS, namun diolah di tempat pengolahan Pojok Kang Pisman.

"Sejak ada pojok Kang Pisman di pendopo, sampah zero waste dan tidak dibuang keluar," katanya. Sejak menempati pendopo Wali Kota satu tahun lalu, Oded mengaku menyiapkan infrastruktur lain seperti urban farming.

"Pelajar boleh kesini untuk belajar, termasuk para ketua RW datang kesini melihat tempat pengolahan sampah," katanya. Menurutnya, pola lama yaitu membuang sampah ke TPS dan berakhir di TPA adalah bentuk memindahkan masalah sampah.

Dia mengatakan, pengolahan sampah harus diselesaikan disumbernya. Menurutnya, jika semua orang berpikir demikian maka sampah di Kota Bandung bisa terselesaikan dengan baik. Pada peringatan hari Peduli Sampah Nasional, Oded pun berharap, tragedi longsor sampah di Leuwigajah tidak terulang.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung, Kamalia Purbani mengatakan, volume sampah yang diangkut ke TPA Sarimukti Bandung Barat perhari mencapai 1.200 hingga 1.300 ton. Dengan gerakan Kang Pisman yang berjalan sejak Oktober 2018 sampah organik bisa diolah perhari 80 ton.

photo
Wali Kota Bandung Oded M Danial berbincang dengan warga tentang pembuatan pupuk dari sampah organik saat monitoring kawasan bebas sampah proram Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan (Kang Pisman), di RW 1, Kelurahan Sukamulya, Kecamatan Cinambo, Kota Bandung, Senin (11/2).

"Gerakan Kang Pisman secara masif baru dimulai Oktober 2018. Sampah organik yang sudah bisa diolah di kota (di pusat olah organik) baru sekitar 80 ton perhari," katanya.

Menurutnya, pada 2020 pihaknya mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat yang akan membangun 2 pusat olah organik sampah dengan kapasitas 400 ton. Sehingga ke depan, sampah organik yang bisa diolah dapat meningkat.

"Peristiwa longsor sampah di TPA Leuwigajah 2005 silam berdampak besar pada arah kebijakan pemerintah Kota Bandung," ujarnya. 

Menurutnya, saat peristiwa tersebut terjadi Kota Bandung mengalami darurat sampah. Bahkan, sampah yang ada menumpuk dengan ketinggian mencapai 3 meter.

Menurut Kamalia, saat ini, mengubah pola pengelolaan sampah dengan gerakan Kang Pisman di masyarakat, diharapkan menjadi budaya baru. Katanya, beberapa kebijakan terus dilakukan untuk mendukung dan membumikan program tersebut.

"Membumikan Kang Pisman dengan mengintegrasikan anggaran PIPPK (Program Inovasi Pemberdayaan Pembangunan Kewilayahan) mulai 2020 untuk gerakan Kang Pisman, kelurahan minimal bebas sampah. Tahun ini memiliki 134 kawasan bebas sampah, (membahas) Raperda Pengelolaan Sampah dan pembentukan tim satgas kang Pisman," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement