REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mulai tahun akademik 2020/2021 membuka dua prodi baru, yakni Program Studi (prodi) Sarjana Pendidikan Vokasional Teknik Elektronika (PVTE) dan Prodi Gizi. Pembukaan tersebut berdasarkan Surat Keputusan (SK) yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Prodi PVETE ini masuk ke dalam Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UAD. Kepala Program Studi PVTE, Dr Budi Santoso mengatakan program S-1 PVTE UAD memiliki beberapa keunggulan.
Di antaranya adalah adanya mata kuliah dan kurikulum yang berorientasi pada industri 4.0 dan masyarakat 5.0, tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional dalam bidang vokasional teknik dan rekayasa elektronika, serta sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran.
“UAD telah memiliki peralatan kampus yang mencukupi,” tuturnya kepada Republika dalam kegiatan Penyerahan SK Prodi Baru di Kampus 4 UAD, Yogyakarta, Rabu (19/2).
Pada tahun ajaran 2020/2021, Budi menerangkan pihaknya hanya membuka satu kelas yang terdiri dari 20 sampai dengan 30 orang. “Kemarin, saat sosialisasi sudah ada yang daftar secara online, antusiasmenya banyak,” jelasnya.
Budi menegaskan bahwa prodi ini memiliki prospek kerja yang mumpuni. Sebut saja guru dengan keahlian elektronika, instruktur training centre bagi sebuah perusahaan, service manager bidang keahlian elektronika, serta technopreneur.
Sementara itu, Kaprodi Gizi UAD Dyah Suryani dalam kesempatan itu juga menyampaikan prodi yang baru dibuka tersebut merupakan prodi gizi keenam di Kota Yogyakarta. “Di Yogyakarta, Prodi Gizi UAD ini keenam yang ada di Yogyakarta”, ujarnya kepada Republika.
Menurut Dyah terdapat perbedaan mendasar prodi ini dengan prodi gizi lainnya. “Fokusnya kita memang membuat beda yakni lebih ke food safety, dimana masyarakat perkotaan diharapkan mampu memenuhi food safety,” katanya menegaskan.
Dyah mengatakan prodi ini dapat terbuka salah satunya bagi SMK Kesehatan maupun tata boga untuk belajar menimba ilmu di dalamnya. “SMA Boga bisa memiliki dasar memasak, sehingga perihal bisa dilanjutkan S1 di sini,” ungkapnya.
Menurut Dyah, prospek kerja ahli gizi dewasa ini sangat diperlukan. Apalagi saat ini setiap Puskesmas harus memiliki ahli gizi. Hal ini juga berlaku pada industri makanan, minuman, maupun konsultan gizi.
Ia menambahkan saat ini banyak kasus stunting dan obesitas yang diderita oleh masyarakat umum. Pengetahuan untuk konsumsi makanan empat sehat lima sempurna saja tidak cukup. “kendati diperlukan pemahaman pemenuhan kalori yang masuk dengan aktivitas yang dilakukan manusia itu sendiri,” jelasnya.