Kamis 20 Feb 2020 15:05 WIB

Semburan Gas di Desa Sebot Bukan Aktivitas Gunung Api

Gas diperkirakan berasal dari sisa aktivitas magmatisme masa lampau.

Semburan gas di Desa Sebot bukan aktivitas gunung api. Foto: PVMBG melakukan pemeriksaan kondisi geologi di Desa Kadupandak, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Kamis (7/11).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Semburan gas di Desa Sebot bukan aktivitas gunung api. Foto: PVMBG melakukan pemeriksaan kondisi geologi di Desa Kadupandak, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Kamis (7/11).

REPUBLIKA.CO.ID,KUPANG -- Belerang dan asap yang muncul di Desa Sebot, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) tidak berasal dari aktivitas gunung api. Pasalnya,  jika dilihat dari geologi, jalur ring of fire yang ada di Nusa Tenggara Timur tak melewati pulau Timor.

Penyelidik Bumi Muda dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Ugan Saing mengatakan busur depan Subduksi berada di pulau Timor sehingga potensi munculnya gunung berapi itu sangat kecil. "Kalau busur subduksi itu bukan lingkungan yang berpotensi munculnya gunung berapi. Sebab gunung api itu hanya muncul di busur vulkanik. Nah kalau di NTT ini busur vulkanik terdapat di Pulau Flores," kata Ugan, Kamis (20/2).

Hal ini disampaikannya berkaitan dengan hasil peninjauannya tim dari PVMBG di lokasi munculnya calon gunung berapi di Kabupaten TTS yang sudah dilakukan pada Rabu (19/2) kemarin. "Dari hasil pantauan kami di lapangan, sumber gas dan temperatur gas tidak berasal dari aktivitas gunung api, namun diperkirakan berasal dari sisa aktivitas magmatisme masa lampau yang mengisi zona lemah akibat struktur geologi," kata Ugan.

Ia menjelaskan bahwa dari hasil pantauan langsung area keluarnya gas tersusun atas batu lempung berwarna abu-abu kehitaman, dan pada titik keluarnya gas, batu lempung berubah warna menjadi merah, kuning, hitam terbakar.

"Gas itu muncul pada zona hancuran akibat struktur geologi. Terdapat mineraliasasi batuan seperti pirit dan kuarsa di sekitar lokasi keluarnya gas," tambah dia.

Selain itu, dari hasil pantauan tim PVMBG kemunculan gas atau asap terdapat di lereng sungai bekas longsor dan visual asap teramati berwarna putih tipis keluar dari celah-celah batu lempung dengan tinggi asap sekitar dua meter.

Selain itu tidak ada tekanan emisi gas dan tidak ada suara blezer yang terdengar. Petugas juga tidak melihat ada sublimat belerang dan tidak ada nyala api. Kemudian juga ada bau gas sulfur tercium sedang - tajam yang jarak tercium hingga 50 meter tergantung arah angin. "Selain gas, tidak ada fluida lain seperti air panas atau lava yang keluar dari titik keluarnya gas," tambah dia.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement