REPUBLIKA.CO.ID,KUPANG -- Semburan gas yang muncul di Desa Sebot, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dinilai dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM mengungkapkan semburan gas tersebut melebihi ambang batas normal.
"Dari hasil pengukuran yang kami lakukan ada dua jenis gas yang muncul di daerah itu yakni gas SO2 dan H2S. Saat ini munculnya gas ini sudah melebihi ambang batas normal," kata Penyelidik Bumi Muda PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Ugan Saing, Kamis (20/2).
Hal ini disampaikannya berkaitan dengan hasil peninjauannya tim dari PVMBG di lokasi munculnya gas dari dalam tanah di Kabupaten TTS yang sudah dilakukan pada Rabu (19/2) kemarin. Gas SO2 atau yang dikenal dengan gas sulfur dioksida yang ditemui di lokasi tercatat mencapai 121 ppmatau di atas ambang normal 2 ppm.
Sementara gas H2S atau yang dikenal dengan sebutan hydrogen sulfida yang ditemui di lokasi tercatat mencapai 46 ppm juga di atas ambang batas normal 10 ppm. "Saat ini tinggi sekali gasnya di lokasi itu, sehingga takutnya kalau dihirup warga nantinya dapat mengganggu kesehatan warga sekitar," tambah Ugan.
Oleh karena itu ia mengimbau agar masyarakat atau pengunjung dilarang beraktivitas dan memasuki area radius 100 meter dari titik keluarnya gas untuk menghindari paparan gas beracun yang dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
Selain itu juga masyarakat atau pengunjung diimbau tidak memasuki area keluarnya gas karena area tersebut merupakan area rawan longsor yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan bencana longsor.
Beberapa gas lainnya juga yang terdata di lokasi itu yakni gas CO2 yang mencapai 1.400 ppm serta gas metan (CH4) dan CO. Sementara itu untuk temperatur gas di lubang itu terukur lebih dari 300 derajat Celsius pada temperatur udara 32 derajat Celsius.