REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK--Keberadaan posyandu di setiap RW di Kota Depok cukup berhasil mengatasi masalah bayi di bawah umur lima tahun (balita) yang dalam kondisi kurang gizi yang menyebabkan pertumbuhan kecil atau kerdil (stunting).
"Keberadaan posyandu di setiap RW cukup sukses mencegah balita stunting di Kota Depok. Setiap tahun angka balita stunting menurun," kata Wakil Wali Kota Depok, Pradi Supriatna usai meresmikan Gedung Posyandu Cempaka RW 20 di Kelurahan Tapos, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Selasa (18/2).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, data bayi stunting di Depok relatif menurun, pada 2015 ada 7,22 persen bayi stunting. Kemudian menurun lagi pada 2016 menjadi 6,63 persen, pada 2017 menurun menjadi 5,97 persen dan pada 2018 hanya sekitar 0,4 persen.
"Pada 2019, infonya cuma 20 balita alami stunting di seluruh wilayah Kota Depok. Angka balita stunting di Kota Depok terendah di Jawa Barat (Jabar), tapi tetap jadi pekerjaan rumah kita bersama untuk mengatasinya," terang Pradi.
Pihaknya akan terus berupaya untuk mencegah terjadinya bayi stunting. Upaya tersebut dilakukan dengan secara rutin mengelar kegiatan pemeriksaan kesehatan bayi di posyandu tingkat RW dan juga di puskesmas tingkat kelurahan dan kecamatan.
"Tentu harapan saya di Kota Depok tidak terdapat lagi bayi lahir stunting. Kami akan bantu keluarga pra sejahtera untuk asupan bergizi bagi ibu hamil dan bayi," harap Pradi.
Para ibu hamil dan yang memiliki balita agar memberikan asupan makanan yang bergizi serta melakukan kegiatan olahraga balita agar tumbuh kembang anak menjadi normal. "Ini pola disiplin kesehatan ibu dan bayi. Kami imbau para ibu untuk selalu disiplin menjaga kesehatan bayi dalam kandungannya dan balita. Jangan makan-makanan yang instan," imbau Pradi.
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi pada Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Rien Pramindari menjelaskan kondisi stunting diakibatkan kurangnya asupan gizi dan garam beryodium balita. "Kerdil atau stunting, dalam artian tinggi badannya kurang kalau dibandingkan dengan umurnya," terang Rien di Balai Kota Depok, Rabu (19/2).
Kasus balita stunting memiliki dampak yang cukup besar bagi tumbuh kembang seorang anak. Stunting pengaruhnya akan membuat anak tidak pintar atau cerdas. Stunting muncul akibat perilaku atau gaya hidup dan lingkungan.
"Peran seorang ibu paling dominan untuk mencegah terjadinya stunting. Para ibu sebelum melahirkan harus memperhatikan darah merah, haemoglobin, dan asupan gizi yang banyak serta memperhatikan asupan garam yodium. Para ibu harus rajin memeriksakan kesehatannya saat hamil serta memeriksa kesehatan balita ke Posyandu dan Puskesmas," harap Rien.
Menurut Rien, saat ini yang lebih diprioritaskannya adalah mencegah adanya bayi stunting di Kota Depok. "Kami akan melakukan beberapa upaya bagi ibu hamil melalui Puskesmas, Posyandu hingga PKK. Kami lakukan pendekatan program 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Pelayanan dimulai saat masa konsepsi kehamilan sampai anak umur dua tahun," katanya.