Rabu 19 Feb 2020 09:40 WIB

Kepala BPIP Dicecar Soal Agama dan Pancasila

Anggota Komisi II kritisi pernyataan Kepala BPIP soal agama musuh terbesar Pancasila.

Komisi II DPR menggelar rapat dengar pendapat dengan BPIP, di ruang rapat Komisi II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (18/2).
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Komisi II DPR menggelar rapat dengar pendapat dengan BPIP, di ruang rapat Komisi II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi II DPR menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi, Selasa (18/2). Dalam rapat tersebut, mayoritas anggota Komisi II mengkritisi pernyataannya terkait agama menjadi musuh terbesar Pancasila.

Anggota Komisi II Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Guspardi Gaus menyayangkan pernyataan tersebut. Pasalnya, ia menilai Yudian sebagai seseorang yang berilmu dan beragama.

"Menurut hemat saya, sangat menyinggung umat dan agama apa pun. Karena, terkesan dari komentar yang diungkapkan itu melecehkan agama," ujar Guspardi di ruang rapat Komisi II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (18/2).

Guspardi mengatakan, agama bukanlah musuh dari Pancasila. Sebab, dalam penyusunannya melibatkan dan mempertimbangkan agama di dalamnya.

"Ini kurang elok untuk diungkapkan walaupun yang dikatakan di medsos itu adalah masalah orang, kalau agama itu bukan orang," ujar Guspardi.

Maka itu, ia meminta Yudian untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap BPIP. Guspardi yakin dengan kapasitas dan komitmen Yudian dalam menanamkam nilai-nilai Pancasila di masyarakat. Anggota Komisi II Fraksi PDIP Johan Budi meminta Yudian untuk fokus dalam kerjanya sebagai Kepala BPIP. Sebab, segala pernyataannya dapat disinggung kepada isu tertentu.

"Pak Yudian fokus saja kepada tugas Kepala BPIP dan tidak lagi bicara dengan media. Karena, kalau bicara dengan media, lebih banyak mudharat-nya Pak," ujar Johan.

Menurutnya, pernyataan yang keluar oleh pemangku kepentingan dapat ditanggapi dengan berbagai persepsi oleh masyarakat. Sehingga, pernyataan Yudian menimbulkan polemik.

"Bapak lebih fokus kepada tugas sebagai kepala BPIP saja, yang memberi laporan kepada presiden karena mandatnya adalah itu," ujar Johan.

Ia sendiri yakin makna dari pernyataan Yudian sangatlah dalam, bukan sekadar agama adalah musuh Pancasila. Politikus PDIP itu pun berharap, Rektor UIN Sunan Kalijaga itu dapat mengembalikan kepercayaan publik terhadap BPIP.

"Jadi, yang ada adalah membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila. Kemudian, juga melaksanakan standardisasi pendidikan dan lain sebagainya," ujar Johan.

photo
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi bersiap mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi II DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (18/2/2020).

Fokus milenial

Kepala BPIP Yudian Wahyudi menegaskan, akan fokus menanamkan nilai Pancasila kepada generasi milenial. Khususnya yang masih duduk di bangku sekolah.

"Walaupun kata milenial itu terbatas usianya, tapi kita harus mulai dari Paud, TK, SD, SLTP, SLTA, sampai perguruan tinggi," ujar Yudian.

Ia mengaku, untuk menanamkan Pancasila kepada generasi milenial tak bisa menggunakan cara-cara lama, seperti sosialisasi dan penyuluhan. Maka itu, BPIP akan menggunakan sarana hiburan untuk menarik perhatian mereka dalam membangun ideologi Pancasila. Misalnya, melalui musik, olahraga, film hingga kuliner.

Selain itu, BPIP berencana menggaet figur-figur yang dekat dengan generasi milenial agar para generasi muda mempunyai panutan yang mengaplikasikan nilai Pancasila di aktivitasnya.

"Kita akan juga bekerja sama dengan tokoh-tokoh yang mereka idolakan. Misalnya, kalau mereka suka nyanyi, ya tokoh penyanyi milenial yang mereka sukai," ujar Yudian.

BPIP juga akan lebih aktif di media sosial dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat. Sebab, peran media sosial saat ini sangat penting dalam menyebarkan informasi.

"Sehingga, nanti akan ada ya termasuk Tiktok segala macam itu sehingga nanti akan nyambung antara kira-kira kurikulum di sekolah dan apa yang ada di luar kurikulum," ujarnya. N nawir arsyad akbar ed: agus raharjo

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement