Selasa 18 Feb 2020 09:13 WIB

Batan Kantongi Sumber Limbah Radioaktif

Limbah radioaktif bukan berasal dari fasilitas nuklir di kawasan Serpong.

Petugas Kesatuan KBR (Kimia Biologi Radioaktif) Gegana Mabes Polri bersama petugas PTKMR (Pusat Teknologi Keselamatan Meteorologi Radiasi) mengukur paparan radiasi di area terpapar di Perumahan Batan Indah, Kota Tangerang Selatan, Banten, Senin (17/2).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas Kesatuan KBR (Kimia Biologi Radioaktif) Gegana Mabes Polri bersama petugas PTKMR (Pusat Teknologi Keselamatan Meteorologi Radiasi) mengukur paparan radiasi di area terpapar di Perumahan Batan Indah, Kota Tangerang Selatan, Banten, Senin (17/2).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Proses penyelidikan atas penemuan limbah radioaktif di Perumahan Batan Indah, Setu, Tangerang Selatan, terus dilakukan. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), dan kepolisian telah membentuk tim gabungan.

Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Batan Heru Umbara menyebutkan, pihaknya telah mengetahui sumber limbah radioaktif yang tersebar di lahan kosong perumahan tersebut. “Penelitian untuk identifikasi sebenarnya sudah ketahuan. Kita sudah tahu sumbernya dari mana. Saat ini masih ada yang tertinggal di sini," kata Heru, kemarin.

Baca Juga

Kendati demikian, ia masih merahasiakan sumber limbah radioaktif itu dan penggunanya. Sebab, limbah radioaktif yang tersebar di sekitar perumahan masih dalam tahap penyelidikan. Perihal paparan radiasi tersebut disebabkan kecerobohan atau faktor lainnya, itu belum diketahui pasti.

"Teman-teman dari kepolisian, BIN (Badan Intelijen Negara), Gegana, ikut melakukan penyelidikan. Kita terus lakukan koordinasi. Jadi, bagaimana kita bisa mencari tahu asal muasal dari sumber ini," kata Heru berdalih.

Dari hasil penelitian sementara, kata dia, limbah radioaktif bisa dipastikan bukan berasal dari fasilitas nuklir yang ada di kawasan Serpong. “Kita punya reaktor, sejumlah fasilitas nuklir lainnya. Nah, itu diyakinkan bukan berasal dari pengoperasian atau reaktor," kata dia.

Hingga saat ini, sejumlah petugas masih berkonsentrasi melakukan proses clean-up atau pengangkutan sisa limbah radioaktif di Perumahan Batan Indah. Petugas memakai RDMS-MONA atau alat yang mengeluarkan sinyal bila mendeteksi kenaikan radiasi di suatu lokasi. Alat tersebut digunakan untuk mencari tanah-tanah yang terpapar zat radioaktif.

Kepala Bagian Komunikasi Publik dan Protokol Bapeten Abdul Qohhar menyampaikan, pihaknya sedang melakukan pengumpulan data. Data yang terkumpul nantinya bisa mengungkap pengguna limbah radioaktif berjenis sesium-137 (Cs-137). “Ada dugaan sengaja ditaruh dan ada dugaan bahwa ini tidak sengaja. Kita perlu investigasi lebih lanjut," kata Abdul, Senin (17/2).

Walau demikian, kata dia, bisa dipastikan ada kesalahan terkait penemuan limbah radioaktif di lokasi perumahan tersebut. Sebab, limbah tersebut tidak seharusnya ada di sekitar masyarakat, apalagi di permukiman. Limbah radioaktif bisa membahayakan kesehatan.

Untuk mengetahui siapa saja pengguna sesium-137, Bapeten akan melakukan pendataan melalui perizinan yang dikeluarkan. "Mudah-mudahan tim gabungan bisa memperoleh kesimpulan yang memuaskan terkait keberadaan limbah radioaktif, mengapa bisa ada di situ, dan siapa penggunanya," katanya.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, Polri terus berkoordinasi dengan Batan untuk melakukan penyelidikan atas temuan limbah radioaktif di Perumahan Batan Indah. "Kami berkomunikasi dengan Batan untuk mengetahui sejauh mana sisa limbah radioaktif tersebut," kata Argo, di Jakarta, Senin (17/2).

Argo menambahkan, Polri sudah menurunkan tim dari satuan Labfor, Gegana, dan Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri. Mereka diterjunkan untuk bersama-sama melakukan penyelidikan.

photo
Lokasi terpapar radiasi nuklir di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (17/2).

Tetap beraktivitas

Warga di sekitar Perumahan Batan Indah tampak beraktivitas seperti biasa. Mereka juga mengaku tidak merasakan gangguan kesehatan meski ada temuan limbah radioaktif.

Salah seorang warga Blok I, Djarudin Hasibuan (70 tahun), pada Senin siang tampak beraktivitas seperti biasa di depan rumahnya. Padahal, rumah mantan pegawai Batan itu hanya dipisahkan oleh sebuah jalan seluas 5 meter dengan area terpapar. Dengan titik penemuan zat sesium-137, rumahnya hanya berjarak sekitar 15 meter.

Istri Djarudin juga tampak memberi makan ayamnya yang berlarian di dalam area terpapar radiasi. Padahal, areal terpapar itu sudah dibatasi garis polisi dengan luas sekitar 60 x 30 meter persegi. "Kita beraktivitas seperti biasa saja. Kita tidak ada yang sakit karena penemuan sumber radiasi itu," kata Djarudin kepada Republika.

Djarudin sudah menempati rumah itu sejak 33 tahun lalu. Sedangkan, zat penyebab paparan itu, kata dia, sudah ada di sana sejak sekitar 10 tahun lalu. "Aku sehat-sehat saja. Tidak ada yang sakit," ucap mantan perekayasa utama di reaktor serbaguna milik Batan itu.

Ia menyebut warga lainnya juga tidak ada yang mengalami masalah kesehatan. Semua warga, lanjut dia, beraktivitas seperti biasa.

Masyarakat Perumahan Batan Indah memang tampak beraktivitas seperti biasa ketika Republika mendatangi lokasi paparan. Masyarakat lalu lalang di jalan depan area terpapar. Belasan warung yang hanya terpaut puluhan meter dengan titik paparan tetap melayani pelanggan.

Salah seorang pedagang di Blok I juga mengaku tak mengalami masalah kesehatan. Warungnya hanya berjarak sekitar 20 meter dengan titik temuan radiasi. "Saya sehat-sehat saja," kata pria 56 tahun yang meminta namanya dirahasiakan itu.

Jika pun ada dampak, kata pria itu, hanya dampak sosial. Tepatnya penurunan jumlah pelanggan karena pemberitaan di media massa ihwal penemuan wilayah terpapar radiasi nuklir. "Pelanggan saya jadi takut, padahal kita di sini biasa-biasa saja," ucapnya.

Warga lainnya, Nina (46), juga menyebut suaminya tak mengalami masalah kesehatan. Suaminya sudah menetap di rumah kontrakan itu selama setahun terakhir. Jaraknya sekitar 20 meter dari titik temuan sumber radiasi. n abdurrahman rabbani/febryan a ed: satria kartika yudha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement