REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Radiasi nuklir ditemukan di areal Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, sejak akhir Januari 2020 lalu. Namun demikian, warga sekitar mengaku sehat-sehat saja. Padahal radiasi nuklir bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti kanker.
Radiasi nuklir itu berasal dari zat radioaktif jenis Cesium (Cs) 137 yang ditemukan di sebuah lahan kosong. Lahan yang rencananya akan dijadikan taman itu lokasinya tepat di depan mulut gang Blok I dan Blok J Perumahan Batan Indah.
Salah seorang warga Blok I, Djarudin Hasibuan (70 tahun) pada Senin siang masih beraktivitas seperti biasa di depan rumahnya. Padahal rumah mantan pegawai Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) itu hanya dipisahkan oleh sebuah jalan seluas 5 meter dengan areal terpapar. Sedangkan dengan titik penemuan zat Cesium 137 hanya berjarak sekitar 15 meter.
Istri Dajarudin juga tampak memberikan makan kepada ayamnya yang berlarian di dalam areal terpapar. Padahal areal terpapar kini sudah dibatasi garis polisi dengan luas sekitar 60 kali 30 meter persegi.
"Kita beraktivitas seperti biasa saja. Kita tidak ada yang sakit karena penemuan sumber radiasi itu," kata Djarudin kepada Republika, Senin (17/2).
Dajarudin sudah menepati rumah itu sejak 33 tahun lalu. Sedangkan zat penyebab paparan itu, kata dia, sudah ada di sana sejak sekitar 10 tahun lalu.
"Saya sehat-sehat saja. Tidak ada yang sakit," ucap mantan perekayasa utama di reaktor serba guna milik Batan itu.
Ia menyebut, warga lainya juga tidak ada yang mengalami masalah kesehatan. Semua warga, lanjut dia, beraktivitas seperti biasa.
Masyarakat Perumahan Batan Indah memang tampak beraktivitas seperti biasa ketika Republika mendatangi lokasi paparan. Masyarakat lalu lalang di jalan depan areal terpapar. Belasan warung yang hanya terpaut puluhan meter dengan titik paparan tetap melayani pelanggan.
Salah seorang pedagang di Blok I, mengaku juga tak mengalami masalah kesehatan. Warungnya hanya berjarak sekitar 20 meter dengan titik temuan radiasi. "Saya sehat-sehat saja, kok," kata pria 56 tahun yang meminta namanya dirahasiakan itu.
Jika pun ada dampak, kata pria itu, hannyalah dampak sosial. Tepatnya menurunnya jumlah pelanggan lantaran pemberitaan di media massa ihwal penemuan wilayah terpapar radiasi nuklir.
"Pelanggan saya jadi takut, padahal kita di sini biasa-biasa saja," ucapnya.
In Picture: Batan Persempit Area Paparan Radioaktif di Perum Batan Indah
Petugas Kesatuan KBR (Kimia Biologi Radioaktif) Gegana Mabes Polri bersama petugas PTKMR (Pusat Teknologi Keselamatan Meteorologi Radiasi) mengukur paparan radiasi di area terpapar di Perumahan Batan Indah, Kota Tangerang Selatan, Banten, Senin (17/2).
Warga lainnya, Nina (46 tahun), juga menyebut bahwa suaminya tak mengalami kesehatan. Suaminya sudah menetap di rumah kontrakan itu selama setahun terakhir. Jaraknya sekitar 20 meter dari titik temuan sumber radiasi.
"Suami saya lagi narik angkot sekarang. Dia sehat saja kok. Malahan dia kaget kenapa baru sekarang diketahui ada radiasi nuklir di sana," kata Nina yang baru sepekan terakhir tiba di kontrakan sang suami.
Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Komunikasi Publik di Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Indra Gunawan, menyebut, titik terpapar itu ditemukan oleh pihaknya saat sedang menguji coba alat pada 30-31 Januari 2020. Setelah penemuan itu, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Batan.
"Kami lakukan pemeriksaan dengan pihak Batan dengan mengambil sampel terduga radioaktif. Hasilnya terkonfirmasi itu Cesium 137," kata Indra ketika dihubungi Republika, Senin.
Menurut Indra, Cesium 137 itu apabila terkontaminasi pada warga bisa menyebabkan penyakit kanker. "Bila terkontaminasi dalam batasan-batasan tertentu bisa menyebabkan kanker. Tapi kalau kita tidak lama di situ, ya mungkin tingkat terpaparnya tidak terlalu banyak," ujar Indra.
Hingga Ahad (16/2), Batan telah memindahkan sebanyak 87 drum berisi tanah dan vegetasi yang diindikasikan terpapar radiasi zat radioaktif dari areal di perumahan Batan Indah tersebut. Pemindahan tanah tersebut merupakan bagian dari upaya pembersihan zat radioaktif tersebut.
Pada Senin, tim gabungan yang terdiri dari Bapeten, Batan, dan Kepolisian tengah melakukan koordinasi guna melakukan investigasi. Kepala Bagian Komunikasi Publik dan Protokol Bapeten, Abdul Qohhar menyampaikan, pihaknya saat ini sedang melakukan pengumpulan data. Data yang terkumpul nantinya bisa mengungkap pengguna limbah radioaktif berjenis Cesium 137 (Cs 137).
"Keberadaan Cesium ini karena unsur kesengajaan atau ada faktor-faktor yang lain, tapi ada dugaan sengaja ditaruh dan ada dugaan bahwa ini tidak sengaja. Kita perlu investigasi lebih lanjut, saat ini tim gabungan masih fokus di lokasi," kata Abdul Qohhar, Senin (17/2).
Dirinya mengatakan, ada kejadian yang salah dengan keberadaan limbah radioaktif di lokasi perumahan tersebut. Sebab limbah tersebut tidak seharusnya ada di sekitar masyarakat apalagi di permukiman. Karena yang namanya limbah radioaktif, paparan radiasinya bisa menyebabkan bahaya jangka panjang.
Dengan begitu pihaknya melakukan pendataan untuk mengetahui siapa pengguna radioaktif Cesium 137 melalui perizinan. "Mudah-mudahan dari tim gabungan ini kita bisa memperoleh kesimpulan yang memuaskan terkait keberadaan limbah radioaktif, kenapa bisa ada disitu dan siapa penggunanya," katanya.