Senin 17 Feb 2020 12:09 WIB

Jubir Tanggapi Survei Soal Kepuasan Publik ke Kinerja Wapres

'Pekerjaan wapres, ibaratnya, adalah pekerjaannya di bawah permukaan.'

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ratna Puspita
Juru Bicara Wakil Presiden Maruf Amin, Masduki Baidlowi.
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Juru Bicara Wakil Presiden Maruf Amin, Masduki Baidlowi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Masduki Baidlowi, menanggapi hasil survei Indo Barometer yang mengungkap tingkat kepuasan publik kepada Wapres Ma'ruf jauh di bawah Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri. Masduki menerangkan, selama 100 hari sejak dilantik, Wapres Ma'ruf lebih banyak melakukan koordinasi dan menyusun peta jalan atau road map.

Ia menerangkan Wapres Ma'ruf berkoordinasi dengan kementerian-kementerian dan menyusun peta jalan penanganan beberapa isu seperti radikalisme, kemiskinan dan pencegahan stunting. Ia mencontohkan, koordinasi terkait radikalisme, Ma'ruf memerintahkan penanganan radikalisme dilakukan pendekatan dari hulu sampai ke hilir.

Baca Juga

Ia mengatakan, setidaknya ada tujuh fokus yang di disusun oleh wapres yang lebih banyak terkait langkah-langkah strategis maupun rumusan-rumusan. Namun, rumusan tersebut memang belum terungkap ke publik.

"Itu nanti dirumuskan sampai tuntas dan kemudian akhirnya itu akan diumumkan secara terbuka kepada pers, itu semua selama ini menjadi kerja pekerjaan wapres, ya, ibaratnya itu adalah pekerjaannya di bawah permukaan," ujar Masduki di Rumah Dinas Wapres, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Senin (17/2).

Masduki menerangkan, tugas sebagai koordinasi dan menyusun langkah strategis itulah juga yang membuat ekspos pemberitaan kepada wapres tidak banyak. Hal ini juga yang membuat publik tidak banyak melihat peran wapres.

Kendati demikian, Masduki menegaskan kerja wapres yang dilakukan selama tiga bulan ini baru akan dirasakan dampaknya di masa datang. "Karena memang fokus dari wakil presiden itu lebih banyak sedang merumuskan langkah-langkah koordinasi dan monitoring yang efektif, semuanya itu tidak muncul ke permukaan tetapi sekarang sedang dalam rumusan-rumusan yang nanti akan menjadi langkah baik ke depan," ujar Masduki memastikan.

Karena itu, Masduki tidak heran jika dalam survei Indo Barometer, kepuasan publik terhadap Wapres 43,7 persen. "Wajar aja nggak apa-apa, buat wakil presiden yang terpenting sekarang itu roadmap itu tersusun dan semuanya akan dilakukan," ujarnya.

Masduki menambahkan, survei tidak kemudian mempengaruhi wapres terburu-buru untuk mengungkap rumusan dan langkah strategis terhadap berbagai isu. Ia memastikan, wapres tidak melaksanakan tugas dan fungsinya hanya demi untuk mendapat pemberitaan lebih banyak.

"Ini kan butuh rumusan strategi tidak hanya sekedar pemberitaan parsial gitu kan, lalu ada berita lagi, ada lagi, tapi tidak ketemu apa namanya target dari awal, langkah-langkahnya sampai kemudian di akhir masa pemerintahan seperti apa," kata Masduki.

Sebelumnya, Lembaga Indobarometer merilis hasil survei mereka terhadap kepuasan publik terhadap 100 hari kinerja presiden dan wakil presiden serta kabinet Indonesia Maju. Hasil survei yang dilakukan mendapati bahwa kepuasan publik terhadap kinerja wakil presiden masih berada di bawah 50 persen.

Sebesar 43,7 persen publik mengaku cukup puas dan 5,9 persen sanhat puas dengan kinerja wakil presiden Ma'ruf Amin. Sedangkan 32,7 persen mengkau kurang puas dan 4,8 persen tidak puas sama sekali. Sementara 12,9 persen merespons tidak menjawab atau tidak tahu.

Survei juga mendapati bahwa kepuasan publik terhadap kinerja 100 hari Presiden Joko Widodo sebesar 54,3 persen. Sedangkan 33,8 persen mengkau kurang puas dan lima persen memilih tidak menjawab atau tidak tahu.

Direktur Indobaromater M Qodari menilai wajar adanya selisih perbedaan antara presiden dan wakil presiden dalam tingkat kepuasan masyarakat. Dia mengatakan, posisi presiden yang biasanya lebih menonjol menjadi salah satu penyebab adanya perbedaan tersebut.

"Pasti memang jomplang antara presiden dan wakil presiden dan biasanya wakil presiden memang lebih rendah, tapi biasanya nggak jauh, tapi ini jauh ya," kata M Qodari dalam konferensi pers di Jakarta, Ahad (16/2).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement