Ahad 16 Feb 2020 18:09 WIB

Bandung Sering Banjir, Ini Alasan Dinas PU

Di Kota Bandung terdapat 63 titik banjir dan genangan.

Rep: M Fauzi Ridwan / Red: Agus Yulianto
Pengendara melintasi derasnya arus air saat banjir di kawasan Cikutra, Kota Bandung.
Foto: Abdan Syakura
Pengendara melintasi derasnya arus air saat banjir di kawasan Cikutra, Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDUNG - -  Tiap hujan berlangsung K,ota Bandung seringkali banjir dan bermunculan genangan air dibeberapa lokasi. Bahkan, banjir seringkali disertai pohon tumbang. Kondisi tersebut sering dikeluhkan warga sebab selain menghambat, banjir, genangan air, dan pohon tumbang berpotensi menyebabkan kecelakaan. 

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Bandung, Didi Riswandi mengatakan, selain curah hujan yang tinggi, banjir di Kota Bandung terjadi karena beberapa faktor. Menurutnya, adanya ruang terbuka tanpa pohon khususnya yang berada di hulu (utara) Kota Bandung.

Faktor lainnya adalah banyaknya penggarap di wilayah hulu yang menanam tanaman holtikultura, wilayah yang banyak bangunan, namun tidak ada resapan. Selain itu, permasalahan infrastruktur seperti penyempitan sungai dan drainase turut berdampak kepada terjadinya banjir di Bandung.

"Ruang terbuka tanpa pohon khususnya di hulu itu yang membawa sedimen di sana. Mau nggak mau program menanam harus dicanangkan," ujarnya, Ahad (16/2).

Bagi para petani di hulu, pihaknya mendorong agar mereka menanam dengan pola tumpang sari. Menurutnya, tanaman pokok yaitu tanaman keras saat ini harus ada kemudian bisa dilanjutkan dengan tumpang sari. Ia mengatakan, sebelum-sebelumnya tanaman pokok tidak pernah ditanam dibagian hulu.

Didi meneruskan, langkah selanjutnya untuk meminimalisasi banjir yaitu menciptakan kolam kolam retensi di daerah aliran sungai. Selain itu, untuk di wilayah daerah terbangun, namun tanpa ada wilayah resapan dibuat drumpori yang ditangani oleh Dinas Pertamanan.

"Gerakan drumpori baru sedikit, baru sekitar 1.000 drumpori. sementara jumlah RT ada 7.000 dikali masing-masing 50 mencapai 40 ribu drumpori yang dibutuhkan," katanya.

Dikatakannya, kondisi infrastruktur juga turut berpengaruh terhadap banjir yang terjadi. Namun, penyelesaian banjir dengan pendekatan infrastruktur tidak akan menuntaskan masalah banjir.

Menurutnya penyelesaian banjir harus tuntas dari hulu ke hilir. Katanya, dalam program yang akan dijalankan PU ke depan lebih mendorong ke arah konservasi air.

Terkait berapa lama masalah banjir bisa selesai dituntaskan, Didi mengaku, hal tersebut bisa tuntas disesuaikan dengan desain waktu yang dibuat.

Dia menambahkan, pada 2024 Kota Bandung akan mengalami kekurangan air. Sebab, air yang seharusnya meresap ke dalam tanah mengalir ke arah sungai. Hal tersebut dianggap kritis sedangkan disatu sisi kesadaran masyarakat terhadap resapan air belum terbangun.

Menurutnya di Kota Bandung terdapat 63 titik banjir dan genangan. Sedangkan pada Sabtu (15/2) terdapat 13 titik banjir akibat hujan deras.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement