REPUBLIKA.CO.ID, LABUAN BAJO - - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan kesiapannya mengamankan program pengembangan pariwisata di Labuan Bajo dan Pulau Komodo, dari ancaman cuaca dan iklim ekstrem serta daribahaya gempabumi dan tsunami.
Labuan Bajo dan Pulau Komodo yang terkenal dengan wisata Taman Nasional Komodonya merupakan taman yang didapuk oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai situs warisan dunia pada tahun 1991.
Sejak tahun 1997, Stasiun Meteorologi BMKG Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, mulai mengoperasikan layanan informasi cuaca untuk penerbangan, pelayaran dan publik di daerah tersebut serta untuk Wilayah NTT. Selanjutnya mulai tahun 2008, telah dikembangkan pula sistem pemantauan gempabumi dan peringatan dini tsunami di daerah tersebut.
Saat ini dalam upaya menunjang pengembangan pariwisata di Labuan Bajo dan Pulau Komodo, BMKG telah meningkatkan kualitas fasilitas alat pemantau cuaca dengan teknologi digital otomatis, serta merapatkan jaringan peralatan dan sistem digital pemantauan gempabumi dan peringatan dini tsunami
"Dengan ini kami menginformasikan bahwa, BMKG siap mengamankan program pengembangan pariwisata di Labuan Bajo dan Pulau Komodo, dengan menguatkan sistem pemantauan dan peringatan dini multi bahaya geo-hidro meteorologi." kata Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Manggarai Barat, Sti Nenot’ek dalam rilisnya yang diterima Republika.co.id.
Adapun penambahan peralatan digital yang sudah terpasang di Labuan Bajo dan Pulau Komodo di antaranya, Radar Meteorologi Maritim yang telah terpasang sejak tahun 2018, berfungsi untuk mendeteksi arus dan ketinggian gelombang ataupun tsunami yg berpotensi terjadi di sekitar Pelabuhan Labuan Bajo.
Kemudian AWOS (Automatic Weather Observing System) alat untuk memberikan informasi cuaca terkait takeoff dan landing pesawat di Bandar Udara Komodo telah terpasang sejak tahun 2015, dan sensor seismic (Seismograph) yaitu alat untuk memberikan informasi terkait gempabumi dan tsunami, terpasang sejak tahun 2019 yang lalu.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, juga menambahkan, seluruh peralatan yang terpasang tersebut sangat vital untuk memperkuat Sistem Pemantauan dan Peringatan Dini Multi Bahaya Geo-hydrometeorologi (gempabumi, tsunami, gelombang tinggi dan cuaca ekstrem), sehingga potensi bencana geohydrometeorologi dapat dimitigasi secara tepat dan lebih dini.
Selain penyiapan peralatan monitoring dan sistem peringatan dini, penguatan pemahaman terhadap cuaca dan iklim serta potensi bahayanya, juga dilakukan melalui program sosialisasi bagi para nelayan dan pemilik kapal-kapal wisata, agar mereka lebih paham terhadap fenomena cuaca dan iklim yang dapat mempengaruhi aktivitas mereka di laut.