Jumat 14 Feb 2020 23:32 WIB

Petani Bambu Lebak Kehilangan Pendapatan Akibat Banjir

Warga Seupang mengatakan bahwa dirinya kini menganggur akibat perkebunan bambu rusak.

Seorang pengendara motor melintas di sekitar areal terdampak banjir bandang di Kampung Muhara, Lebak, Banten, Rabu (29/1/2020).
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Seorang pengendara motor melintas di sekitar areal terdampak banjir bandang di Kampung Muhara, Lebak, Banten, Rabu (29/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID,LEBAK -- Sejumlah petani bambu di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten kehilangan pendapatan ekonomi akibat diterjang banjir bandang dan longsor yang melanda awal tahun 2020.

"Kami merasa bingung karena perkebunan bambu hanyut diterjang banjir bandang," kata Alamat (60), petani bambu yang juga pengungsi korban bencana banjir bandang di Kampung Seupang Kabupaten Lebak, Jumat (14/2).

Ia menjelaskan sebagian besar warga Kampung Seupang Desa Pajagan, Kecamatan Sajira berpenghasilan ekonomi mereka dari perkebunan bambu. Masyarakat mengembangkan perkebunan bambu di bantaran aliran Sungai Ciberangkarena tumbuh subur juga bisa penahan erosi.

Produksi bambu itu setiap hari dipasok ke sejumlah daerah di Provinsi Banten, DKI Jakarta hingga Jawa Barat. Namun, kata dia, saat ini perkebunan bambu milik masyarakat hilang diterjang banjir bandang dan longsor.

"Kami kehilangan pendapatan Rp7 juta/bulan dari perkebunan bambu sebanyak 10 dapur atau rumpon itu," katanya.

Menurut dia, masyarakat Kampung Seupang menanam perkebunan bambu itu hingga lima sampai 10 hektare. Selama ini, kata dia, denyut pendapatan ekonomi masyarakat yang terdampak banjir bandang itu dari tanaman bambu.

Namun, kini warga Seupang menjadikan kenangan karena kondisi tanaman bambu hilang pascabencana alam, bahkan permukiman itu seperti kampung mati dan tidak ada aktivitas. Akibat perkebunan bambu itu hilang maka masyarakat mengalami kerugian hingga puluhan juta per bulan.

"Kami memperkirakan pendapatan petani bambu itu kehilangan sekitar Rp50 juta/bulan," katanya.

Petani bambu lainnya, Darma (45), warga Seupang mengatakan bahwa dirinya kini menganggur akibat perkebunan bambu rusak berat dan hanyut diterjang banjir. Biasanya, kata dia, perkebunan bambu miliknya itu sebanyak lima dapur menghasilkan Rp4 juta/bulan, namun kini tidak menghasilkan pendapatan ekonomi.

"Kami merasa kebingungan dengan kehilangan perkebunan bambu itu," katanya.Ia menyebutkan, perkebunan bambu di wilayahnya itu ditampung tengkulak dengan tergantung ukuran berkisar antara Rp4.000 sampai Rp5000/batang.Namun, kini warga Kampung Seupang sebanyak 70 kepala keluarga dan 290 jiwa menghuni ditempat tenda pengungsian harus kehilangan mata pencahariannya.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement