Jumat 14 Feb 2020 10:48 WIB

Kejahatan Jalanan oleh Remaja Akibat Disorientasi Kultural

Remaja usia 12-17 tahun berada pada tahap peralihan mencari jati diri.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Agus Yulianto
Ilustrasi kekerasan.
Ilustrasi kekerasan.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kejahatan jalanan yang dilakukan remaja--yang notabenenya masih duduk dibangku sekolah--masih terjadi khususnya di DIY. Hal ini tentu menjadi perhatian banyak pihak. 

Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UIN Sunan Kalijaga (Suka), Moh Soehadha mengatakan, maraknya fenomena kejahatan jalanan ini bisa disebabkan karena disorientasi kultural. Menurutnya, remaja usia 12-17 tahun berada pada tahap peralihan mencari jati diri untuk menunjukkan eksistensi menjadi orang dewasa.

"Tidak sedikit problem kenakalan remaja seperti terjadinya klitih (kejahatan jalanan) bisa disebabkan disorientasi kultural untuk mengekspresikan diri," katanya dalam diskusi yang digelar di UIN Suka, belum lama ini. 

Disorientasi kultural ini dapat melahirkan subkultur dan budaya tanding. Kekerasan jalannya oleh remaja ini sebagai budaya tanding, merupakan subkultur yang terbentuk dari kelas sosial remaja yang menyimpang karena kecenderungan tindakan destruktif dan kekerasan.

Menurut Soehadha, kekerasan jalanan saat ini, bertransformasi dari geng motor yang muncul sebagai ekspresi anti-mainstream terhadap kultur dominan. Hal ini, kata dia, menyebabkan tidak adanya kontrol terhadap ekpresi berlebih yang muncul dari krisis lingkaran hidup masa remaja saat ini. 

"Oleh karenanya diperlukan mekanisme kultural yang baru, antara lain dibangun di lembaga pendidikan, keluarga dan komunitas untuk menyikapi masalah ini.” ujar Soehada.

Ketua Program Studi  Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Suka, Adib Sofia mengatakan, kejahatan jalanan ini bukan hanya masalah keluarga. Namun telah menjadi masalah di semua lini. 

"Untuk mengatasinya perlu penaganannya dari semua lembaga baik itu keluarga, sekolah, lingkungan sekitar, institusi keagamaan, institusi sosial dan sebagainya untuk saling bekerjasama supaya bisa segera teratasi dan tereliminasi," ujar Adib. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement