Jumat 14 Feb 2020 00:30 WIB

Mengolah Limbah Jadi Kerupuk Renyah

Kerupuk kulit ikan Desa Kenanga sudah menembus pasar ekspor Malaysia hingga AS.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pekerja menjemur kerupuk kulit ikan remang di Kenanga, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (28/1/2020).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Pekerja menjemur kerupuk kulit ikan remang di Kenanga, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (28/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Kerupuk telah menjadi salah satu camilan sekaligus pelengkap lauk pauk di meja makan bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia. Berbagai daerah pun punya kerupuk khas masing-masing, salah-satunya Kabupaten Indramayu.

Daerah yang terletak di pesisir Pantura Jabar itu pun terkenal sebagai produsen kerupuk. Selain kerupuk udang dan ikan, yang khas dari Indramayu adalah kerupuk kulit ikan.

Sama seperti versi udang dan ikan, sentra pembuatan kerupuk kulit ikan itu juga terletak di Desa Kenanga, Kecamatan Sindang. Di desa tersebut, berdiri puluhan industri camilan ringan ini sejak 1980-an. Biasanya, setiap industri yang membuat kerupuk ikan di desa tersebut hampir dipastikan juga membuat kerupuk kulit ikan.

Semula, kulit ikan yang telah diambil dagingnya itu hanya dibuang begitu saja menjadi limbah. Namun, ide kreatif para pengusaha kerupuk ikan telah berhasil mengolah limbah itu menjadi kerupuk versi lain yang lezat dan digemari masyarakat.

Hal itu seperti dilakukan salah satu pengusaha kerupuk H Murtasim. Selain membuat kerupuk udang dan ikan dengan merk ‘’Kelapa Gading’’, pengusaha yang telah memulai usahanya sejak puluhan tahun lalu itu juga memproduksi kerupuk kulit ikan.

‘’Kalau produksi kerupuk kulit ikannya sih baru dimulai sekitar tahun 2.000,’’ ujar Murtasim kepada Republika, Kamis (13/2).

Murtasim awalnya mengaku hanya mencoba-coba mengolah kulit ikan yang sudah diambil dagingnya. Setelah diolah menjadi kerupuk, ternyata kerupuk kulit ikan itu mendapat sambutan yang positif dari pasar. Pesanan akan kerupuk kulit ikan pun terus berdatangan hingga sekarang. ‘’Ya awalnya hanya coba-coba. Ternyata banyak yang suka,’’ tutur Murtasim.

Murtasim mengatakan, ikan yang digunakan untuk membuat kerupuknya merupakan jenis ikan remang. Ikan tersebut diperolehnya dari para nelayan Indramayu maupun dari daerah lainnya seperti Jateng dan Sumatera.

Kulit ikan remang yang telah diambil dagingnya untuk membuat kerupuk ikan, kemudian dicuci bersih dan dijemur hingga kering. Lamanya penjemuran ditentukan oleh teriknya sinar matahari. Setelah kering, kulit ikan itu diberi campuran bumbu yang terbuat dari rempah-rempah pilihan dan dikeringkan kembali hingga benar-benar kering dan bumbunya meresap.

Setelah itu, kulit ikan pun digoreng hingga menjadi kerupuk yang lezat, gurih, dan renyah. Kerupuk kulit ikan kemudian dikemas ke dalam plastik dan dipasarkan.

‘’Selain di Indramayu, pemasaran kerupuk kulit ikan juga sampai luar daerah,’’ tutur Murtasim.

Murtasim mengatakan, produksi kerupuk kulit ikannya tergantung dari banyak sedikitnya kulit ikan yang diperoleh dari sisa pengolahan kerupuk ikannya. Jika dihitung rata-rata, produksi kerupuk kulit ikannya sekitar tiga sampai empat kuintal per bulan. Sedangkan produksi kerupuk ikan dan udangnya, bisa mencapai puluhan ton per bulan.

Sementara itu, Kepala Desa Kenanga, Darpani, menjelaskan, industri kerupuk di desa yang dipimpinnya itu mulai bermunculan sekitar 1980-an. Dia menyebutkan, di desanya ada puluhan perusahaan kerupuk. Setiap perusahaan, mempekerjakan puluhan sampai ratusan pekerja.

‘’Pemasaran kerupuk dari Desa Kenanga ini tak hanya menjangkau berbagai daerah di Indonesia, tapi juga sudah ekspor ke Amerika Serikat, Hongkong, Singapura, dan Malaysia,’’ terang Darpani.

Selain menyerap banyak tenaga kerja, industri kerupuk juga telah menyumbang berbagai kemajuan pembangunan di Desa Kenanga. Secara swadaya, para pengusaha kerupuk itu mampu membangun masjid desa dan bangunan sekolah dasar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement