Kamis 13 Feb 2020 23:25 WIB

Mahasiswi Indonesia Masih Bertahan di China

Alasan mahasiswi bertahan di China karena masih merasa aman.

Mahasiswa asal Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Ainun Hasana, yang sedang menimba ilmu di Harbin, China, memilih bertahan di asrama kampus (Foto: ilustrasi antisipasi corona)
Foto: EPA-EFE/How Hwee Ypung
Mahasiswa asal Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Ainun Hasana, yang sedang menimba ilmu di Harbin, China, memilih bertahan di asrama kampus (Foto: ilustrasi antisipasi corona)

REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Mahasiswa asal Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Ainun Hasana, yang sedang menimba ilmu di Harbin, China, memilih bertahan di asrama kampus. Ainun menyebutkan, masih merasa aman dari wabah corona.

"Disini saya merasa aman karena pihak kampus memberikan perhatian lebih pada mahasiswa internasional, jika ingin kembali ke Indonesia pun risiko diperjalanan cukup jadi pertimbangan karena harus berinteraksi dengan orang yang bisa saja terinfeksi virus corona," kata Ainun yang tercatat sebagai mahasiswi di Northeast Forestry University, jurusan Perencanaan Kota dan Desa, Kamis (13/2).

Baca Juga

Ainun mengatakan, saat ini kampusnya memberikan fasilitas untuk pembelian bahan makanan secara kolektif dan diantarkan ke asrama. Selain itu, pembelian bahan makanan dengan cara daring juga diperbolehkan, dengan catatan tidak terlalu sering. Hal ini untuk meminimalkan interaksi dengan orang luar.

"Meski demikian, dalam seminggu terakhir pihak kampus memperketat aturan sehingga asrama dikunci dan mahasiswa dilarang keluar kampus," kata Ainun saat berkomunikasi melalui aplikasi WhatsApp.

Ia menambahkan, selain itu kampus juga mewajibkan setiap mahasiswa mencuci tangan sebelum dan setelah menerima pesanan yang diantarkan ke asrama. Menurut Ainun saat ini ada sebanyak 19 mahasiswa asal Indonesia yang masih bertahan di Harbin, China.

"Saat memasak makanan kami diwajibkan mengenakan masker dan maksimal hanya tiga orang yang boleh berada di dapur," kata dia.

Di sisi lain, dia mengatakan Pemerintah Indonesia sudah memberikan bantuan berupa masker. Namun belum didistribusikan ke di Northeast Forestry University tempatnya berlajar.

"Bantuan masker belum kami terima karena masih tertahan di kampus lain. Sedangkan kami tidak diperbolehkan keluar asrama sehingga tidak bisa mengambil sendiri," katanya.

Menurut dia, suasana di Harbin yang berjarak 2.000 km lebih dari Wuhan menjadi sangat sepi, restoran juga banyak yang tutup. Warga keluar rumah hanya saat dalam keadaan mendesak.

"Evakuasi WNI hanya dilakukan di Wuhan, namun KBRI menghimbau bagi WNI yang berada di luar Wuhan boleh berlibur tetapi hanya di Indonesia. Untuk itu, kami yang berada di Harbin sifatnya rekomendasi, kalau mau pulang ke Indonesia bisa, mau bertahan di sini pun tidak dilarang," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement