REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Aktivitas Gunung Merapi meningkat setidaknya sejak Rabu (12/2) malam. Bahkan, sempat terjadi letusan yang menyebabkan terjadinya erupsi kecil pada Kamis (13/2) pagi sekitar pukul 05.16 WIB.
Erupsi memiliki kekuatan yang tidak terlalu besar. Terekam di seismogram beramplitudo 74 milimeter, durasi 150,8 detik, teramati tinggi kolom erupsi kurang lebih 2.000 meter dan asapnya terlihat cukup jelas dari kejauhan.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Babadan, Yulianto melaporkan, arah angin ketika erupsi mengarah ke barat laut. Sejak Kamis dini hari hingga pagi, secara visual gunung masih terlihat jelas.
"Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 100 meter di atas puncak kawah," kata Yulianto, Kamis (13/2).
Secara meteorologi, cuaca cerah dan angin bertiup lemah ke arah utara. Suhu udara berkisar 16,8-21 derajat celcius, kelembaban udara 39-75 persen dengan tekanan udara 628,3-708,8 milimeter merkuri.
Selain erupsi, aktivitas kegempaan Gunung Merapi pada Kamis pagi cukup tinggi. Seperti empat gempa guguran beramplitudo 2-15 milimeter dengan durasi 37,3-72,5 detik.
Kemudian, empat gempa frekuensi rendah amplitudo 2-5 milimeter dan durasi 10-20,4 detik. Lalu, lima gempa fase banyak 2-13 milimeter dan durasi 7-11,3 detik, dan satu gempa vulkanik dangkal 60 milimeter dan durasi 25,7 detik.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) masih menetapkan status waspada untuk Gunung Merapi. Area dalam radius tiga kilometer dari puncak masih direkomendasikan tidak ada aktivitas manusia.
"Potensi ancaman bahaya saat ini berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan jatuhan material vulkanik dari letusan eksplosif," ujar Yulianto.
Masyarakat diminta mengantisipasi bahaya abu vulkanik dari kejadian awan panas maupun letusan eksplosif. Serta, mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi.