REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan menganalisis warga negara China yang positif virus corona atau COVID-19 terinfeksi di negaranya setelah pulang dari Bali, kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto.
Yurianto dalam sambungan video dari Pangkalan Udara Raden Sadjad Natuna Kepulauan Riau kepada media di Kementerian Kesehatan Jakarta, Kamis, menjelaskan pemerintah telah melacak jejak WN China yang dilaporkan positif COVID-19 baik selama di Indonesia maupun sekembalinya ke negaranya. "Berita tentang adanya warga negara China yang positif terinfeksi atas nama Jin," katanya.
Tanggal 12 Januari datang ke Indonesia melalui penerbangan Wuhan-Bali dan tanggal 28 Januari dia kembali ke negaranya melalui Bali-Shanghai menggunakan Garuda. Kami sudah langsung tindaklanjuti ini," kata Yurianto.
Pemerintah melacak ke maskapai penerbangan terhadap penumpang atas nama Jin dan ditemukan terdapat di periode 12 Januari dengan dua orang bernama Jin terbang dari Wuhan ke Bali. Satu orang Jin merupakan anak-anak dan satu orang lainnya dewasa.
Sementara pada penerbangan Bali-Shanghai tertanggal 28 Januari 2020 dari maskapai Garuda Indonesia ditemukan enam orang penumpang bernama Jin. Namun analisis kecurigaan hanya pada dua orang bernama Jin yang seperti penerbangan ke Indonesia.
Pasien COVID-19 atas nama Jin dilaporkan terkonfirmasi positif pada tanggal 5 Februari 2020. Berdasarkan rata-rata masa inkubasi virus di China terjadi dalam waktu 10 hari.
Yurianto mengatakan Kemenkes mencoba menganalisis dengan menghitung mundur 10 hari setelah dinyatakan terkonfirmasi yaitu tanggal 27 Januari 2020.
Berdasarkan penelitian spesimen yang dilakukan oleh Badan Litbang Kesehatan Kemenkes pada tanggal tersebut terdapat 14 sampel yang diperiksa dari terduga virus COVID-19 di Provinsi Bali, yaitu 12 orang WNA dan dua orang WNI. "Dan semua hasilnya negatif," kata Yurianto.
Selain itu Kemenkes juga melihat data kasus penyakit flu ringan dan pneumonia berat pada hari tersebut di Provinsi Bali tidak ada perubahan yang signifikan atau sama sebagaimana biasanya.
"Seandainya tanggal 27 itu kemungkinan masuk virus, nggak mendukung situasi di Bali dia terinfeksi," kata Yurianto.
Sedangkan pada tanggal 28 Januari Kemenkes juga mengecek informasi mengenai aktivitas Jin yang dilakukan setelah sampai di Shanghai yaitu menggunakan transportasi umum. Hal itu sangat memungkinkan untuk terjadi penularan di China.
Hingga saat ini pemerintah tetap melakukan pelacakan mengenai WN China tersebut yaitu dengan mencari tahu nama lengkapnya, melacak perjalanannya melalui imigrasi, dan bahkan hotel tempatnya menginap selama di Bali.
Namun Yurianto menjelaskan pemerintah lebih menekankan penguatan proteksi dan kecermatan dalam mendeteksi terkait virus COVID-19 di Bali agar tidak menjadi episentrum baru virus tersebut.