REPUBLIKA.CO.ID, Dessy Suciati Saputri, Rr Laeny Sulistyawati, Ronggo Astungkoro, Fauziah Mursid
Masa karantina atau observasi 238 WNI di Natuna akan berakhir pada Sabtu, 15 Februari. Hingga hari ini, semua WNI yang dipulangkan dari China menyusul merebaknya wabah virus Corona itu dinyatakan dalam kondisi sehat.
Deputi IV KSP Juri Ardiantoro menyampaikan, seluruh WNI itu akan pulang ke daerahnya masing-masing melalui Jakarta pada tanggal 16 atau 17 Februari 2020.
"Jadi masa observasi di Natuna akan berakhir 15 Februari tepatnya jam 12:00. Dan tanggal berikutnya, bisa 16, bisa 17 akan ada pelepasan peserta observasi yang akan dilakukan secara alamiah," ujar Juri di Gedung Bina Graha, KSP, Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (13/2).
Kendati demikian, pemerintah masih akan membahas mengenai teknis penjemputan atau pelepasan mereka nanti. Juri menyebut proses pelepasan ke-238 WNI tersebut akan digelar tanpa acara serimonial.
"Bahkan rencananya proses pelepasan itu atau proses penyambutan dari keluarga misalnya rencananya diperbolehkan di daerahnya masing-masing, di bandara di kampungnya masing-masing. Jadi tidak ada acara penjemputan di Jakarta," jelasnya.
Seluruh WNI yang telah menjalani masa observasi itupun rencananya akan kembali ke Jakarta dari Natuna menggunakan pesawat TNI Angkutan Udara. Kemudian, mereka akan melanjutkan penerbangan menggunakan pesawat komersil ke rumah masing-masing.
Juri menyebut, pemerintah akan memfasilitasi proses pemulangan mereka. Namun, pemerintah masih mempertimbangkan apakah pesawat yang mengangkut seluruh WNI tersebut akan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma atau di Bandara Internasional Soekarno Hatta.
"Rencananya difasilitasi sampai ke bandara daerah masing-masing," tambah dia.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyatakan, 238 WNI tersebut masih sehat setelah hampir dua pekan menjalani observasi dan siap dipulangkan dalam beberapa hari ke depan. Pemerintah, kata Muhadjir, telah melakukan upaya maksimal untuk memastikan 238 WNI benar-benar berada dalam kondisi sehat dan terbebas dari virus Corona.
"Mereka yang diobservasi dan diperiksa medis, Insya Allah semua sehat. Tinggal kita siapkan agar keluarga dan masyarakat di lingkungan tempat mereka tinggal serta mau menerima kepulangannya," ujarnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis (13/2).
Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, juga mengatakan, 238 WNI di Natuna, Kepulauan Riau, dinyatakan sehat. Hal tersebut dinyatakan sesuai dengan prosedur kesehatan standar WHO terkait virus Corona.
"Sebanyak 238 WNI dari Wuhan, Cina, yang di observasi di Natuna semuanya dinyatakan sehat. Ini sesuai dengan prosedur kesehatan standar WHO terkait dengan virus corona," kata Hadi dalam keterangan persnya, Kamis (13/2).
Hal tersebut disampaikan Hadi ketika memberikan sambutan dihadapan personel TNI-Polri dan unsur terkait yang tergabung dalam Satgas Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) Operasi Bantuan Kemanusiaan Natuna. Mereka melaksanakan observasi 238 WNI di Lanud Raden Sadjad, Natuna.
Panglima TNI mengapresiasi Satgas Kogasgabpad Operasi Bantuan Kemanusiaan Natuna yang melaksanakan observasi 238 WNI tersebut. Sampai dengan hari ke-12 proses observasi tergambar sinergi antara Personel TNI-Polri termasuk BNPB, Kemenkes, dan aparat pemerintah daerah Kabupaten Natuna.
Menurut dia, Kogasgabpad Operasi Bantuan Kemanusiaan hanya butuh waktu kurang dari dua hari untuk mempersiapkan dan melaksanakan operasi kemanusiaan. Operasi yang baru pertama kali dilaksanakan di Indonesia yang sesuai dengan standar kesehatan dunia WHO.
"Fasilitas yang diperlukan mulai dari perlengkapan mengangkut dari Jakarta menuju Natuna yang jaraknya cukup jauh mempersiapkan segala sesuatunya membuat parameter menggelar pasukan untuk pengamanan wilayah observasi," katanya.
Pada Selasa (11/2), Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan Pemerintah saat ini tengah mengkoordinasikan mekanisme pemulangan WNI yang dikarantina di Natuna.
"Kita masih rapat koordinasikan bagaimana teknik pemulangannya dan sebagainya, itu kan perlu dikoordinasi pakai pesawat apa, ke mana mereka punya alamat sendiri-sendiri," ujar Terawan ditemui wartawan usai rapat TNP2K di Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (11/2).
Karena itu, Terawan belum dapat memastikan waktu tepat pemulangan seluruh WNI ke daerahnya masing-masing. Sebab, menurut Terawan, 238 WNI yang dikarantina di Natuna saat ini berasal dari berbagai daerah.
"Nanti kalau saya bilang pulang hari ini keluarganya sudah nunggu, dan ternyata pesawatnya sore enggak ada, ya kan repot. Yang paling penting atas selesainya nanti di tanggal 15 nanti pukul berapa akan dicanangkan," ujar Terawan.
[video] Angka Kematian Akibat Virus Corona Tembus 1.000 Orang
Limbah dimusnahkan
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan, limbah yang sudah digunakan 238 WNI yang tengah diobservasi di Natuna, Kepulauan Riau, akan dimusnahkan. Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Anung Sugihantono menjelaskan, tatanan global jelas menyebutkan limbah termasuk limbah medis harusnya dibakar.
"Tetapi belum ada keputusan akan dibakar atau bagaimana. Yang jelas limbah itu dikelola sampai dua tahap," ujar Anung, Selasa (11/2).
Tahap pertama pemusnahan limbah, Anung menyebutkan, limbah dimasukkan ke alat pemanas tertutup (autoclave) yang suhunya 315 derajat celcius. Kemudian, dia melanjutkan, limbah yang telah dipanaskan itu dimasukkan tas hitam dan dihancurkan di rumah sakit.
Sementara itu, dia melanjutkan, Kemenkes juga akan melakukan disinfeksi limbah cair. Adapun, limbah lainnya misalnya tisu yang digunakan setelah makan dikumpulkan, diberi disinfektan, dan dikubur dengan kedalaman tertentu.
"Sekarang kami memantau kondisi sekaligus menyiapkan kondisi-kondisi yang mungkin terjadi," ujarnya.
Sejauh ini, ia menyebutkan 112 ribu masker wajah telah tiba di gudang farmasi Natuna. Kendati demikian, ia menyebutkan masker ini masih steril atau belum digunakan. Ia menegaskan, pemusnahan limbah hanya untuk perlengkapan yang telah digunakan.
Virus Corona, Antara Mitos dan Fakta