Rabu 12 Feb 2020 19:19 WIB

Lembaga Eijkman Siap Deteksi Virus Corona Jenis Baru

Eijkman memiliki kemampuan mendeteksi secara sensitif dan spesifik virus corona.

Rep: Rr Laeny S/ Red: Indira Rezkisari
Virus Corona. Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Jakarta mengaku siap untuk mendeteksi virus novel corona jenis baru.
Foto: EPA-EFE/CDC
Virus Corona. Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Jakarta mengaku siap untuk mendeteksi virus novel corona jenis baru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Jakarta mengaku siap untuk mendeteksi virus novel corona jenis baru (Covid-19). Metode yang digunakan adalah kombinasi teknik reaksi berantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR) dan sequencing.

"Melalui pendekatan biologi molekuler, LBM Eijkman telah memiliki kapasitas dan kemampuan dalam mendeteksi secara sensitif dan spesifik keberadaan virus Covid-19 dalam sampel klinis," ujar Peneliti LBM Eijkman Frilasita Aisyah Yudhaputri saat seminar awam Menyikapi Virus Corona 2019-nCoV:Dari Lembaga Eijkman untuk Indonesia, di kantornya, di Jakarta, Rabu (12/2) sore.

Baca Juga

Ia menjelaskan, metode yang digunakan adalah kombinasi teknis PCR dan sequencing dengan menggunakan gen RNA-dependent RNA Polymerase (RdRP) virus sebagai penanda identifikasi. Dalam penanganan virus corona, dia melanjutkan, LBM Eijkman mempunyai fasilitas laboratorium tersertifikasi untuk menangani patogen risiko tinggi laboratorium Biosafety Level (BSL)-2 dan BSL -3.

Ia menambahkan, kemampuan ini juga didukung fasilitas alat Next-Generation Sequencing dan analisis bioinformatika yang telah diakui secara internasional.

"Kemudian kami menguji keberadaan material genetik dari virus corona dalam sampel klinis. Material genetik itu ibarat kartu tanda pengenal virus yaitu RNA," katanya.

Bahkan, dia menambahkan,  saat awal wabah virus ini, sebenarnya sudah ada yang mengirimkan sampel spesimen ke LBM Eijkman dan hasilnya negatif. Selain itu, dia menambahkan, LBM Eijkman juga melakukan identifikasi, isolasi, dan kajian molekuler virus-virus seperti flu burung tahun 2005 lalu, virus West-Nile 2012 lalu dan virus Zika pada 2015.

"Untuk identifikasi, isolasi, dan karakterisasi molekuler virus West-Nile dan Zika malah pertama dan satu-satunya di Indonesia. Tetapi itu semua kembali ke pemangku kebijakan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement