Rabu 12 Feb 2020 12:13 WIB

Siswa SDN 3 Cigorowong Belajar di Tenda Darurat

Ruang kelas mereka mengalami kerusakan dan tak kungjung diperbaiki.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Agus Yulianto
Para siswa SDN 3 Cigorowong, Kabupaten Tasikmalaya, belajar di tenda darurat, Rabu (12/2). Sejumlah siswa lainnya mesti belajar di atas lantai beralaskan karpet dalam ruang kelas.Proses KBM dipindahkan ke tenda darurat dilakukan sejak Selasa (11/2).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Para siswa SDN 3 Cigorowong, Kabupaten Tasikmalaya, belajar di tenda darurat, Rabu (12/2). Sejumlah siswa lainnya mesti belajar di atas lantai beralaskan karpet dalam ruang kelas.Proses KBM dipindahkan ke tenda darurat dilakukan sejak Selasa (11/2).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Para siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Cigorowong di Kampung Sukamaju, Desa Sukamukti, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, harus rela belajar di tenda darurat. Sebab, sejumlah kelas yang biasa digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar (KBM) mengalami kerusakan dan tak kunjung diperbaiki.

Kepala SDN 3 Cigorowong Ahmad Daryono mengatakan, para siswa belajar di tenda darurat sejak Selasa (11/2). Tenda itu didatangkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya lantaran tak ada lagi ruangan yang bisa digunakan untuk proses KBM.

"Memang begitu sedih melihat kondisi KBM harus dilakukan di tenda, tapi mau seperti apa lagi? Yang utama itu KBM mesti berjalan normal," kata dia ketika ditemui di sekolahnya, Rabu (12/2).

photo
Sejumlah warga dan guru membersihkan sisa material pohon tumbang yang menimpa atas SDN 3 Cigorowong, Kampung Sukamaju, Desa Sukamukti, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (3/2). Atap dua ruang kelas sekolah itu rusak akibat kejadian tersebut.

Berdasarkan pantauan Republika, empat ruangan kelas SDN 3 Cigorowong mengalami kerusakan. Dua ruang kelas rusak pada bagian atapnya karena tertimpa pohon. Sementara dua ruang kelas lainnya sudah lapuk pasa bagian atap dan mesti ditopang tiang bambu.

Kondisi empat ruang kelas itu dinilai sudah tidak aman digunakan untuk proses KBM. Karena itu, pihak sekolah tak mau memgambil risiko, sehingga memindahkan proses KBM para siswa ke tenda darurat dan menggabungkan ke ruang kelas yang masih bisa digunakan.

Di sekolah itu, terdapat dua rombongan belajar (rombel), yaitu kelas I dan kelas IV yang belajar di tenda darurat berlogo yang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu. Sementara itu, empat rombel lainnya harus digabung di dua ruang kelas yang masih bisa digunakan. Para siswa kelas II digabung dengan kelas V, sementara kelas III digabung dengan kelas VI. 

Di ruangan kelas VI, para siswa kelas III juga mesti rela belajar di atas lantai keramik yang beralaskan karpet. Pasalnya, kursi dan meja di sekolah itu kurang.

Ahmad mengaku, pihak sekolah terus koordinasi dengan instansi terkait agar ruangan kelas yang rusak dapat segera diperbaiki. Menurut dia, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya serta BPBD telah melakukan peninjauan ke lokasi. Namun, hingga saat ini belum ada tindak lanjutnya. Hanya BPBD yang mengirimkan tenda darurat.

"Mungkin sekarang lagi proses. Saya juga memaklumi, tidak semudah itu (untuk perbaikan). Harus ada prosedur yang dilalui," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement