Selasa 11 Feb 2020 22:46 WIB

40 Persen Balita di Lebak Menderita Kekerdilan

Pencegahan penanganan kasus balita kekerdilan melalui penyaluran makanan tambahan.

Upaya mencegah stunting (ilustrasi)
Foto: Kemenkominfo
Upaya mencegah stunting (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,LEBAK -- Kepala Pelaksana Harian Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak Triono menyatakan berdasarkan hasil riset kesehatan daerah (Risda) sekitar 40 persen dari 94.851 anak usia di bawah lima tahun atau balita di daerah itu menderita kekerdilan.

"Saya kira kasus stunting di Lebak cukup tinggi," kata Triono saat menghadiri pengobatan gratis yang dilaksanakan PT KAI Daop 1 Jakarta di Stasiun Maja, Lebak, Selasa (11/2).

Pemerintah daerah, katanya, bekerja keras untuk pencegahan penanganan kasus kekerdilan melalui kegiatan sosialisasi juga menyalurkan bantuan makanan tambahan untuk balita juga pemberian tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri dan pemeriksaan ibu hamil. Selain itu juga calon-calon ibu hamil dapat terpenuhi gizi, sanitasi dan lingkungan yang baik, ketersediaan air bersih, memahami pendidikan pola asuh, mampu membeli makanan dan mampu mengelola makanan.

Pihaknya juga bekerja sama dengan Disdikbud menyosialisasikan pencegahan kekerdilan ke sekolah-sekolah, termasuk pemberian TTD untuk remaja putri. Penyebab kasus kekerdilan itu, kata dia, diakibatkan kekurangan gizi kronis yang lama, pola asuh yang kurang baik, daya beli, ketersediaan pangan, dan pernikahan dini.

Selain itu juga akses lingkungan, termasuk akses sanitasi dan air bersih, menjadikan salah satu faktor penyebab kekerdilan. Untuk penanganan kekerdilan itu dilakukan secara terintegrasi dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait dengan dikoordinir oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), temasuk Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan serta Dinas Pertanian dan Perkebunan.

Upaya itu, katanya, juga melibatkan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD), Kementerian Agama (Kemenag), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) dan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR). "Kami mengapresiasi pengobatan gratis yang dilaksanakan PT KAI Daop 1 Jakarta melalui kereta Rail Clinic yang melakukan pemeriksaan ibu hamil dan pemberian makanan tambahan dapat meningkatkan kesehatan ibu hamil agar tidak melahirkan anak stunting," katanya menjelaskan.

Ia mengatakan, kasus kematian ibu dan bayi di Kabupaten Lebak juga relatif tinggi, sehingga ditingkatkan pelayanan kesehatan dasar.Selain itu juga pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi di semua puskesmas guna mencegah kekerdilan dan kematian ibu dan bayi. "Kami berharap melalui pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi bisa meminimalkan kematian ibu dan bayi," katanya.

Tim Koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lebak Rian mengatakan pemerintah daerah tengah menggodok Peraturan Bupati (Perbup) tentang pencegahan dan penanganan kekerdilan (stunting) pada anak balita. Perbup kekerdilan tetap mengacu standar yang diberikan pemerintah pusat untuk pencegahan dan penanganan masalah kekerdilan.

Berdasarkan hasil penimbangan Agustus 2019 jumlah kasus anak bertubuh pendek maupun sangat pendek di Kabupaten Lebak tercatat 6.998 atau 6,25 persen dari 94.851 anak usia balita yang ada di 28 kecamatan."Kami yakin melalui Perbup itu dipastikan tiga sampai empat tahun angka kasus kekerdilan bisa menurun drastis," katanya menjelaskan.

Sementara itu, petugas Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak,Engkus mengatakan saat ini penderita kekerdilan sebanyak 200 anak balita tengah dilakukan upaya penanganan dengan pemberian makanan tambahan, juga pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi serta pemberian TTD kepada pelajar SMP dan SMA secara gratis."Kami mengoptimalkan pencegahan stunting dengan melakukan pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi," ujarnya.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement