Selasa 11 Feb 2020 21:00 WIB

KKP Tawarkan 3 Inovasi Riset Wujudkan Citarum Bersih

Saat ini status air Citarum naik satu tingkat dari cemar berat menjadi cemar sedang.

Anggota TNI mengambil sampah saat melakukan patroli bersih di Kawasan Hulu Sungai Citarum, Situ Cisanti, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (13/3). Dalam enam bulan kedepan, kegiatan tersebut difokuskan pada revitalisasi dan rehabilitasi kawasan hulu yang merupakan rangkaian dari  program Citarum Harum.
Foto: Raisan Al Farisi/Antara
Anggota TNI mengambil sampah saat melakukan patroli bersih di Kawasan Hulu Sungai Citarum, Situ Cisanti, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (13/3). Dalam enam bulan kedepan, kegiatan tersebut difokuskan pada revitalisasi dan rehabilitasi kawasan hulu yang merupakan rangkaian dari program Citarum Harum.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui unit kerja Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan (BRPSDI) menawarkan sebanyak tiga inovasi hasil riset yang dapat digunakan untuk mewujudkan program Citarum Harum terkait kegiatan sektor perikanan. Program Citarum Harum telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2018.

"Sebagai lembaga pusat unggulan iptek dengan fokus unggulan pemulihan sumber daya ikan, dengan ruang lingkup konservasi jenis, konservasi ekosistem, rehabilitasi habitat, restoking, dan introduksi. teknologi, BRPSDI terus berusaha mewujudkan Program Citarum Harum yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo," kata Kepala BRPSDI, Aulia Riza Farhan, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa (11/2).

Seperti diketahui, program Citarum Harum telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2018. Program ini mencakup percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan daerah aliran Sungai Citarum serta waduk kaskade Citarum (Saguling, Cirata dan Ir. H. Djuanda).

Aulia memaparkan, solusi pertama yang ditawarkan adalah solusi jangka pendek guna mendukung kegiatan budidaya perikanan, yaitu teknologi keramba jaring apung (KJA) dengan sistem manajemen dengan resirkulasi dan tanaman, atau kerap disebut sebagai KJA Smart.

Sementara solusi kedua adalah teknologi eelway yang merupakan salah satu bentuk teknologi jalur ruaya ikan guna mempermudah ikan melewati konstruksi melintang sungai yang dibuat manusia. Ia mengungkapkan, Eel sendiri merupakan bahasa lain dari ikan sidat. Ikan ini primadona perikanan budidaya Indonesia yang tengah menjadi perhatian dunia sejalan dengan menurunnya produksi benih sidat dunia.

Sedangkan solusi ketiga yang merupakan solusi jangka panjang yakni Culture Based Fisheries (CBF), yaitu teknologi pemacuan stok yang bertujuan meningkatkan/memacu rekruitmen alami satu atau beberapa jenis ikan dari kelompok planktivora-herbivora yang dihasilkan dari panti perbenihan, untuk ditebar di suatu badan air.

Sebagaimana diketahui, saat ini status air Citarum naik satu tingkat dari cemar berat menjadi cemar sedang. Ditargetkan, tahun depan perairan Citarum menjadi cemar ringan, hingga akhirnya menjadi kualitas air yang dapat memberikan kehidupan yang baik di tahun 2024.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement