REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa mengatakan pemerintah provinsi setempat bekerja sama dengan kalangan pariwisata akan menggencarkan upaya untuk membidik kunjungan wisatawan di luar China, menyusul penurunan pelancong dari Negeri Tirai Bambu itu akibat wabah virus corona.
"Penurunan wisatawan memang terjadi, tetapi itu khusus 'market' China saja, sekitar 25-27 persen. Sementara 'market' yang lain masih 'on schedule', belum ada yang cancel," kata Putu Astawa usai menggelar rapat dengan sejumlah asosiasi pariwisata, di Denpasar, Senin (11/2).
Menurut dia, kunjungan wisatawan ke Bali memang berkurang karena adanya penutupan penerbangan dari dan menuju ke China. Namun, dia membantah adanya informasi yang mengibaratkan Pulau Dewata seperti Kota Hantu karena sepi kunjungan wisatawan, sebagai dampak penyebaran wabah virus corona di China maupun sejumlah negara lainnya.
"Jadi, selain bulan ini memang 'low season', penutupan penerbangan ini juga berpengaruh signifikan untuk kunjungan wisatawan ke Bali, karena pada bulan ini biasanya wisatawan China banyak ke Bali, bertepatan dengan hari raya Imlek," ucapnya.
Dari sebanyak 6,2 juta lebih wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali, sebanyak 1,185 juta diantaranya adalah wisatawan dari China. Pengurangan hanya terjadi untuk wisatawan dari China, namun untuk wisatawan dari negara lainnya relatif masih aman.
Selain itu, ia pihaknya tengah membidik wisatawan selain China untuk datang ke Bali. "Karena kasus ini kita akan gaet wisatawan Eropa, Australia atau Amerika untuk datang ke Bali," ujar mantan Kepala Bappeda Bali itu.
Untuk memuluskan rencana tersebut, Putu Astawa mengemukakan berbagai upaya akan dilakukan untuk mendatangkan wisman ke Bali, seperti berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mengalihkan penerbangan yang semula dari China ke Bali dan membuat paket wisata murah dengan memberi diskon seperti penerbangan, hotel, travel agent, hingga atraksi wisata.
"Untuk itu kita perlu berkoordinasi dengan 'stakeholder' terkait dan asosiasi pariwisata. Selain itu, kami juga telah bersurat ke Presiden RI untuk mengadakan rapat-rapat internasional ke Bali, demi membangun citra pariwisata Bali yang positif. Setelah pertemuan ini sepertinya mereka setuju, semoga ini bisa berjalan dengan baik," ucapnya.
Di sisi lain, ujar Astawa, dengan berbagai langkah preventif telah dilakukan oleh pemerintah, seperti penutupan penerbangan langsung dari dan menuju ke China serta pemasangan alat thermal scanner di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, hingga berdasarkan fakta saat ini, tidak ada satu orang pun di Bali yang suspect virus Corona.
Sementara Ketua Bali Hotel Association (BHA) Ricky Putra membenarkan penurunan jumlah wisatawan mancanegara ke Bali, namun itu hanya untuk wisatawan China.
"Wisatawan dari negara lain masih ke Bali. Apalagi jika kita banding, length of stay wisman China ke Bali sekitar 4-5 hari, sedangkan wisman Eropa, Australia, dan Amerika bisa mencapai 2-4 minggu, jadi anggap saja 500. 000 wisman China ke Bali bisa ditutupi dengan sekitar 125 ribu – 150 ribu wisman Eropa bisa mengimbangi," ujarnya.
Saat ini, tambah Ricky, kalangan pariwisata juga tengah membidik wisatawan yang akan berkunjung ke China. "Sekitar 30 juta wisman berwisata ke China setiap tahunnya. Namun, karena kasus ini tentu saja banyak penerbangan ke sana ditutup. Jadi kita akan kerja sama dengan airlines dan travel agent untuk mengalihkan mereka datang ke Bali," katanya seraya menyatakan jika Bali tidak bermaksud bersenang-senang atas musibah yang menimpa China.
Untuk memuluskan rencana tersebut, pihaknya perlu membangun citra Bali yang positif. "Kita bisa undang wartawan luar negeri untuk memberitakan bahwa Bali aman dari corona, kita bisa ajak ke rumah sakit-rumah sakit untuk membuktikan. Setelah ada pemberitaan seperti itu, kami harap wisatawan akan nyaman untuk berkunjung ke Bali," katanya.