REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM -- Gubernur Nusa Tenggara Barat H Zulkieflimansyah mengatakan kasus penangkapan dua orang perempuan penari telanjang di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, harus dijadikan pelajaran.
"Kami tidak menghendaki hal yang begitu, tapi mudahan itu menjadi pelajaran," kata Zulkieflimansyah, usai pembukaan dialog bertema "Pemanfaatan wakaf dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah", di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, di Mataram, Senin (10/2).
Semua pemerintah daerah, kata Zulkieflimansyah, pasti tidak menghendaki perbuatan terlarang terjadi di daerahnya. Oleh sebab itu, ia juga meminta masyarakat untuk tidak gaduh di media sosial dengan adanya penangkapan dua perempuan penari telanjang tersebut.
Sebab, praktik semacam itu kemungkinan ada sejak dulu, namun baru sekarang hebohnya."Mungkin perbuatan itu dulu ada, tapi tidak ketahuan. Makanya, jangan sampai nila setitik rusak susu sebelanga. Mari kita perbaiki bersama kalau ada yang kurang. Jangan sampai orang jadi takut datang ke daerah kita," ujarnya.
Menurut dia, NTB sudah diuntungkan dengan label destinasi wisata halal dunia. Apalagi ditambah dengan semangat membangun industri busana muslim terbesar, bukan hanya di Indonesia, tapi skala dunia. "Makanya kami mendorong Bank Indonesia, memberikan prioritas membantu NTB untuk mewujudkan hal itu," katanya.
Seperti diberitakan, Kepolisian Daerah NTB berhasil mengungkap adanya kasus penari telanjang (striptis) yang disuguhkan melalui paket khusus oleh Metzo Executive Club & Karaoke Lombok, di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat.
Kasus tersebut terungkap setelah adanya kegiatan tangkap tangan dua penari telanjang yang bekerja di Metzo Executive Club & Karaoke Lombok. dua penari telanjang yang ditangkap berinisial YM (35) dan SM (23). Untuk menikmati tontonan tarian striptis, konsumen harus lebih dulu mengirimkan uang Rp 2,5 juta via transfer rekening. Setelah uang diterima, konsumen sudah mendapatkan kamar khusus dengan fasilitas dan pelayanan berkelas.