Senin 10 Feb 2020 16:17 WIB

Mitigasi Ekonomi dan Perubahan Iklim Melalui Budi Daya Kurma

Program ini mampu meningkatkan minat pemuda terhadap sektor perkebunan tanaman kurma.

Rep: S Boro Pribadi/ Red: Agus Yulianto
Pohon kurma.
Foto: EPA
Pohon kurma.

REPUBLIKA.CO.ID, "20 tahun ke depan, kita tak perlu lagi mengimpor kurma dari Timur Tengah, namun cukup dipasok dari Kabupaten Semarang. Adalah Desa Kalikurmo, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang yang bakal menjadi sentra buah kurma".

Apa yang diungkapkan oleh Bupati Semarang dr H Mundjirin itu bukan sebatas mimpi. Namun, menjadi bagian dari asa dan ihtiar untuk mewujudkan salah satu desa di Kabupaten Semarang tersebut sebagai sentra budidaya tanaman kurma.

"Mulai tahun ini, Pemkab Semarang bersama dengan Yayasan Wasiat Cakra Alamraya (WCA) mengembangkan budidaya tanaman kurma, jenis ajwa dan barhee," kata Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang, Wigati Sunu, Ahad (9/2).

Kedua jenis kurma ini, merupakan spesies tanaman kurma yang sangat cocok untuk dibudidayakan dan kembangkan di kawasan yang iklim tropis, seperti di Indonesia. Adapun lokasi yang dipilih merupakan Desa Kalikurmo.

photo
Inilah kurma jenis Ajwa yang menjadi incaran jamaah haji untuk oleh-oleh dari Tanah Suci.

Mengapa Desa Kalikurmo, Sunu pun mengungkap, jika desa di Kabupaten Semarang ini memiliki entitas sejarah yang --konon--tidak bisa dilepaskan dengan nama tanaman keluarga palma yang disebut-sebut berasal dari kawasan Persia tersebut.

Nama Desa Kalikurmo berasal dari kata Kali  yang berarti sungai serta Kurmo yang berarti buah kurma. Penamaan ini sendiri bermula dari peran seorang tokoh ulama, Kiai Abu Hasan yang pernah berdiam dan tinggal di lingkungan desa tersebut.

Dikisahkan, pada suatu kesempatan Kiai Abu Hasan membawa buah kurma sebagai buah tangan dari Makkah. Setelah dimakan, biji buah kurma yang dibuang di pinggiran sungai (sekarang depan Masjid At Taqwa) tersebut ternyata bisa tumbuh.

"Sehingga lingkungan desa--yang wilayahnya berbatasan langsung dengan wilayah Kedungjati, Kabupaten Grobogan--tersebut di kemudian hari dinamakan Desa Kalikurmo hingga sekarang ini," ungkap Sunu.

Hal ini, katanya, ditangkap Yayasan WCA, sebuah yayasan yang selama ini bergerak dalam bidang pembibitan dan budidaya tanaman kurma. Desa Kalikurmo pun dipilih sebagai tempat pengembangan Program Eco Green Village dengan unggulan tanaman kurma.

Rintisan pengembangan tanaman kurma di desa ni, telah dimulai dari beberapa kegiatan workshop dan beberapa pelatihan untuk warga. Baik tentang tatalaksana budidaya tanaman kurma maupun pemanfaatan pohon kurma selain dari buahnya.

Yang tak kalah penting, pohon kurma ini juga bermanfaat sebagai tanaman konservasi, karena sifatnya yang mampu menyimpan cadangan air. "Apalagi lahan Desa Kalikurmo yang berkarakter tadah hujan jamak dilanda bencana kekeringan saat musim kemarau," ucapnya.

Pendiri sekaligus Ketua Yayasan WC, Arie Prasetya menambahkan, selain berbagai pelatihan serta workshop, sebanyak 120 batang pohon kurma telah diserahkan kepada warga untuk di tanam di lingkungan mereka.

Yayasan WCA juga telah menghibahkan 6 ribu biji kurma berikut polyback untuk menyemai biji kurma. Hal ini bisa menjadi media berlatih bagi warga untuk membudidayakan tanaman kurma sampai dengan proses penanaman dengan pendampingan Yayasan WCA.

"Kami memiliki misi menjadikan Desa Kalikurmo sebagai sentra pengembangan kedua jenis kurma trrsebut, melalui program Eco Green Village--yang merupakan salah satu program andalan WCA--dengan kontent kegiatan penghijauan serta workshop budidaya pohon kurma," tuturnya.

Menurutnya, program Eco Green Village ini dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan potensi budidaya kurma, serta memaksimalkan potensi budidaya tanaman kurma bagibwarga di lingkungan Desa Kalikurmo.

Harapannya, program ini, mampu meningkatkan minat pemuda desa setempat terhadap sektor perkebunan tanaman kurma. Sehingga ke depan, akan mampu memberikan nilai kemanfaatan secara keekonomian kepada warga.

Misi lain yang menjadi kosentrasi WCA adalah fungsi Mitigate Global Warming dan antisipasi pangan melali upaya peningkatan populasi pohon kurma. Karena pohon kurma dapat mejadi solusi antisipasi pangan masa depan sekaligus sebagai solusi menghadapi pemanasan global.

Dalam program ini, Yayasan WCA tidak sendiri, namun juga disuport oleh mitra lainnya yang selama ini telah menjadi mitra dalam mewujudkan kegiatan Yayasan ECA. "Seperti Fatimah Date Palm Center, Berkah Pohon Kurma, Date Me Jakarta serta Godong Kurmo," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement