Jumat 07 Feb 2020 18:38 WIB

Terowongan Istiqlal-Katedral Bisa Menjadi Objek Wisata

Wisata tersebut berkonsep toleransi dan kerukunan antarumat beragama.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Andi Nur Aminah
Wakil Kepala Humas Masjid Istiqlal, Abu Hurairah.
Foto: M Riza Wahyu/Republika
Wakil Kepala Humas Masjid Istiqlal, Abu Hurairah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Rencana pembangunan terowongan Masjid Istiqlal ke Gereja Katedral (Terowongan Silaturrahim) diproyeksi bakal menjadi objek wisata. Wisata tersebut berkonsep toleransi dan kerukunan antarumat beragama.

Wakil Kepala Humas Masjid Istiqlal Abu Hurairah mengatakan, pembangunan tersebut nantinya berpotensi besar menggaet wisatawan lokal maupun mancanegara. Menurutnya, ditinjau dari berbagai sisi pun terowongan itu bernilai positif. “Banyak pasti wisatawan yang datang, dari mancanegara pasti kagum sekali dengan toleransi kita. Ini pun sekaligus menjadi penguat kerukunan buat bangsa kita,” kata Abu saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (7/2).

Baca Juga

Dia pun mengklaim bahwa konsep penghubungan fisik antara dua tempat ibadah berbeda belum pernah ada di dunia. “Jadi bisa jadi Indonesia ini yang pertama,” kata dia.

Seperti diketahui, Presiden Jokowi telah menyepakati proyek renovasi Masjid Istiqlal. Di dalamnya dimasukkan rencana pembangunan Terowongan Silaturrahim yang menghubungkan dua tempat ibadah dari agama yang berbeda.  Pelaksanaan renovasi Masjid Istiqlal memang telah dimulai sejak 6 Mei 2019 lalu. Namun untuk pembangunan proyek Terowongan Silaturrahim masih dalam tahap kajian.

Abu menjelaskan, saat ini pihak Masjid Istiqlal sangat mendukung pernyataan Presiden Jokowi dan bakal menindaklanjutinya dengan menggandeng elemen-elemen berbeda. Ketua Komisi Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Paulus Jakarta, Jerry Sumampow juga sepakat mengenai potensi wisata yang dapat dihasilkan dari hadirnya Terowongan Silaturrahim itu. Sejauh pandangannya, selama ini belum pernah ada penghubungan fisik antartempat beribadah yang berbeda.

“Kalau dibangunnya (antartempat beribadah) itu saling berdekatan atau berdampingan, mungkin banyak di dunia. Tapi kalau yang sampai dihubungkan seperti ini, saya rasa baru di Indonesia saja,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement