Jumat 07 Feb 2020 11:32 WIB

Kala Jokowi Ngomong Apa Adanya Soal Imbas Wabah Corona

Kondisi global akibat wabah Corona diproyek merembet ke perekonomian Indonesia.

Presiden Joko Widodo
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Desssy Suciati Saputri, Sapto Andika Candra, Eko Widiyatno, Deddy Darmawan Nasution

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sepertinya mulai khawatir merebaknya wabahnya virus Corona di berbagai negara saat ini berimbas pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Ia mengakui, virus jenis baru asal Wuhan, China ini sangat memberikan tekanan pada perekonomian.

Baca Juga

Kondisi global saat ini diproyeksi akan merembet ke Indonesia dan berdampak pada petumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional. Meski begitu, Jokowi mengaku belum ada perhitungan terkait koreksi target pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2020 ini. 

"Perlambatan growth global pasti. Itu semua menyampaikan yang sama. Negara-negara yang terkena imbas itu juga pasti kena. Kita ngomong apa adanya termasuk negara kita Indonesia. Tapi berapa persen nanti ada imbas ke pertumbuhan kita, itu yang belum bisa dikalkulasi," jelas Presiden Jokowi di Istana Negara, Rabu (5/2).

Pemerintah pun memilih untuk menunggu perkembangan dinamika ekonomi dunia dalam beberapa bulan ke depan. Jokowi menambahkan, sulit bagi pemerintah untuk melakukan perhitungan rinci saat ini, mengingat banyak negara dunia masih dalam perjuangan melawan penyebaran virus Corona. Kebijakan internal masing-masing negara dalam menghadapi virus Corona pun berbeda-beda.

"Ini kan masih dalam proses perjalanan semuanya, jadi menghitungnya negara manapun juga sulit," jelas presiden.

Awal Januari 2019 lalu, pemerintah merilis asumsi dasar makro perekonomian nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Dalam RPJMN yang akan dilegalkan melalui Perpres ini, pemerintah mematok angka pertumbuhan ekonomi (rata-rata) hingga 2024 mendatang berada di rentang 5,6-6,2 persen per tahun. Khusus tahun 2020, pemerintah mematok target pertumbuhan di angka 5,3 persen.

Sedangkan sepanjang 2019 lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,02 persen. Angka ini mengalami perlambatan dibanding pertumbuhan ekonomi pada 2018 yang menyentuh 5,17 persen.

Selain perekonomian, virus ini juga cukup mempengaruhi pariwisata dalam negeri. Hal ini disampaikan Jokowi saat menghadiri acara pelantikan pengurus DPP PBB Periode 2019-2024 di Hotel Aston Kartika, Jakarta Barat, Kamis (6/2) malam.

“Kita harapkan ini tidak mempengaruhi banyak pariwisata di Tanah Air tapi dari sisi ekonomi memang tekanan itu begitu sangat terasa saat ini. Ekspor menurun, turis menurun moga-moga tidak berimbas pada pertumbuhan ekonomi yang kita miliki,” jelas Jokowi.

Kendati demikian, Jokowi masih menilai dampak wabah Corona terhadap pariwisata di Indonesia tak separah dibandingkan pariwisata di negara-negara lainnya. Ia menyebut, pariwisata di sejumlah negara tetangga pun benar-benar sangat terpukul oleh kondisi saat ini.

“Seperti kita lihat sekarang di negara-negara dekat kita betul-betul sangat sepi sekali. Masih beruntung Alhamdulillah kita tidak tergantung pada turis dari satu, dua, tiga negara. Turis kita berasal dari hampir seluruh negara,” ucapnya.

Merespons wabah virus korona yang telah menyebar ke berbagai negara, pemerintah pun mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan sementara penerbangan dari dan ke Ch. Pemerintah juga menghentikan pemberian bebas visa warga negara China, serta melarang sementara impor hewan hidup dari China.

Meskipun kebijakan ini sangat berdampak terhadap perdagangan Indonesia dan China, hal ini dilakukan untuk menjaga kepentingan nasional. Jokowi menyebut angka ekspor barang ke China pun sangat besar, begitu pula jumlah wisatawan asal China yang berkunjung ke Indonesia juga tidaklah kecil.

“Apa pun saya sampaikan kepentingan nasional ada tetap yang nomor satu,” tambah Jokowi.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Erwin Riyanto menyebutkan, kondisi ekonomi RI tidak akan terlalu terpengaruh wabah Corona yang terjadi di China. Meski pun pemerintah mengambil kebijakan untuk menghentikan sementara impor berbagai komoditi dari Cina.

''Ketergantungan ekonomi kita pada Tiongkok, tidak terlalu besar kok,'' jelas Erwin, saat menghadiri penyerahan bantuan Program Sosial Bank Indonesia di Desa Papringan Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas, Kamis (6/2).

Untuk itu Erwin memastikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan terlalu terpengaruh oleh kondisi China yang saat ini terkena wabah virus Corona. Demikian juga pengaruh ekonomi China terhadap inflasi, Erwin menyatakan, kebijakan pemerintah untuk menghentikan sementara impor barang dari China, tidak akan berpengaruh besar. Hal ini mengingat sebagian besar barang yang diimpor dari China, adalah barang elektronik yang memiliki harga murah.

"Justru kondisi yang terjadi saat ini, bisa menjadi momentum bagi pengusaha Indonesia untuk lebih efesien dan produktif," katanya.

[video] Wabah Virus Corona Berdampak pada Sektor Pariwisata

Dampak pariwisata

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio, menyatakan bahwa pemerintah akan berupaya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) ke destinasi wisata dalam negeri. Hal itu menyusul adanya larangan penerbangan dari dan ke China yang mengakibatkan wisatawan mancanegara (wisman) asal China tidak diperbolehkan masuk Indonesia.

Wishnutama mengatakan, prioritas kepada wisatawan nusantara sesuai dengan instruksi Presiden Jokowi agar industri pariwisata dalam negeri dapat tetap tumbuh. Langkah pemerintah yang melarang masuknya warga China ke Indonesia juga demi melindungi masyarakat Tanah Air dari ancaman virus Corona.

"Kita diinstruksikan untuk meningkatkan jumlah wisnus. Kenapa? Ada dua sebab, pertama agar industri pariwisata tetap tumbuh dan kedua untuk bepergian ke luar negeri juga ada risiko," kata Wishnutama saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (5/2).

Ia menerangkan, salah satu langkah pertama untuk mendorong kunjungan wisatawan Nusantara adalah dengan tersedianya harga tiket pesawat yang lebih rendah. Karena itu, Kemenparekraf telah meminta kepada pihak maskapai domestik untuk bisa berkontribusi dalam menurunkan harga tiket.

Wishnutama meyakini, ketika harga tiket pesawat lebih rendah, minat masyarakat untuk berwisata akan meningkat. "Sebaiknya memang berlibur di dalam negeri dahulu. Dan, presiden dalam rapat terbatas menyampaikan usulan kalau bisa harga tiket pesawat dibantu diturunkan," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, wisman asal China memegang peranan penting dalam industri pariwisata domestik. Sebab, dari tahun ke tahun wisman China rata-rata menduduki peringkat pertama penyumbang terbanyak. Pada 2019 lalu, Badan Pusat Statistik mencatat total kunjungan wisman dari Cina mencapai 2,07 juta kunjungan.

Adapun, tingkat average spending per arrival (ASPA) wisman ke Indonesia sekitar 1.400 dolar AS per kunjungan. Dengan kata lain, dengan jumlah rata-rata 2 juta wisatawan kunjungan per tahun, Indonesia berpotensi kehilangan devisa pariwisata hingga 2,8 juta dolar AS secara langsung.

Secara tidak langsung, Wishnutama menjelaskan potensi kehilangan devisa bisa mencapai 4 juta dolar AS karena adanya tren penurunan minat wisman untuk bepergian ke luar negeri dengan kondisi seperti ini. "Pasti akan ada kekhawatiran dan kita juga tidak berapa tepatnya kerugian yang ada karena kita belum tahu sampai kapan wabah ini berlangsung," kata dia.

Sementara itu, mengutip data terakhir Statistik Wisatawan Nusantara 2018, jumlah perjalanan wisnus sepanjang 2018 mencapai 303,4 juta kali dengan total pengeluaran Rp 291,02 triliun. Rata-rata lama bepergian wisnus selama 3,3 hari. Namun, rata-rata bepergian itu tercatat mengalami penurunan dibanding tahun 2017 yang mencapai 3,9 hari. 

photo
Menangkal Infeksi Corona

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement