REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Peringatan Hari Pers merupakan momentum untuk terus memperkuat eksistensi pers di tengah era disrupsi dengan banyak tantangan, kata akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Edi Santoso.
"Hari pers yang diperingati setiap tanggal 9 Februari merupakan momentum untuk terus menguatkan eksistensi pers di tengah era disrupsi yang menghadirkan banyak tantangan," katanya di Purwokerto, Kamis (6/2).
Edi yang juga Koordinator Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Unsoed tersebut, menjelaskan pada era disrupsi teknologi telah mengubah kehidupan sosial masyarakat secara fundamental.
"Pada era disrupsi seperti saat ini memang ada teknologi yang terus berkembang, ada internet dan ada medsos, sekarang ini semua orang menjadi 'media', semua orang berbagi informasi, kita banjir informasi, tapi menurut saya miskin kejernihan contohnya ada disinformasi atau hoaks," katanya.
Atas dasar tersebut, kata dia, maka media-media arus utama harus menemukan momentum untuk berperan dominan. Media arus utama, kata dia, harus terus dapat menjadi rujukan informasi yang tepercaya.
Dia menambahkan ketika orang sampai pada titik jenuh pada media sosial maka media arus utama harus memberikan harapan dan jawaban.
"Karenanya Hari Pers harus menjadi momentum untuk kembali menyadarkan hakikat pers, yakni sebagai entitas penyedia informasi bagi publik yang jernih dan idealisme itu dapat terwujud, ketika pers Indonesia sehat," katanya.
Dengan demikian, kata dia, pekerjaan rumah berikutnya menguatkan eksistensi pers dengan berbagai tantangan pada era disrupsi.
Secara nasional, HPN 2020 akan digelar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Presiden Joko Widodo diagendakan hadir sehari lebih awal dari puncak HPN 2020 di daerah itu.
Awalnya, Presiden Jokowi direncanakan hadir pada puncak HPN, 9 Februari 2020, kemudian diagendakan menghadiri HPN pada 8 Februari karena sehari sebelum melakukan serangkaian acara di Singkawang dan Pontianak, Kalimantan Barat.