REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Tim geologi dari Bandung terjun langsung ke Kabupaten Ciamis untuk melakukan pengamatan batu susun yang ditemukan warga di perbatasan Desa Selasari, Kecamatan Kawali dan Desa Sukaraharja, Kecamatan Lumbung, Kamis (6/2). Kedatangan tim itu untuk memastikan proses terbentuknya batu yang dianggap warga sebagai peninggalan sejarah Ciamis itu.
Perwakilan tim dari Museum Geologi Bandung, Oman Abdurohman mengatakan, kedatangan timnya memenuhi undangan dari masyarakat setempat untuk melakukan survei terkait penemuan batu susun di lokasi itu. Menurut dia, timnya akan melakukan penelitian di lokasi itu hingga Jumat (7/2).
"Secara kasatmata, kalau dilihat sepintas bantuan itu dibentuk secara alami dari proses geologi. Ini bebatuan andesit. Nanti umurnya harus dikaji lagi," kata dia, Kamis.
Sementara itu, perwakilan tim geologi ITB, Dr Johan Arif menambahkan, survei yang dilakukan baru sekadar mengambil foto bebatuan itu. Setelah itu, pihaknya akan memgambil sampel untuk mengetahui umur batu susun tersebut. "Datanya yang akan diambil ukuran batunya dan distribusi," kata dia.
Peneliti sejarah Ciamis, Budiman mengakui secara sepintas bebatuan itu memang terbentuk secara geologi. Kendati demikian, menurut dia, tak menutup kemungkinan di kawasan itu pernah terjadi aktivitas manusia di masa lalu.
Ia menjelaskan, secara sejarah di kawasan itu dahulu dijadikan pusat logistik Kerajaan Galuh. Artinya, tak menutup kemungkinan batu susun yang ditemukan warga itu adalah buatan manusia.
Secara historis, hasil penelitian di kawasan ini, periode kerajaan galuh sebagai pusat logistik. Namun untuk sisi arkeologi, bebatuan ini terjadi akibat proses geologis. Tapi tidak menutup kemungkinan, di masa lampau pernah ada aktivitas di sini.
"Tapi untuk membuktikannya dibutuhkan kajian lebih lanjut," kata dia.
Meski begitu, ia menambahkan, penemuan batu susun itu pasti membawa manfaat kepada masyarakat sekitar. Menurut dia, bebatuan itu memiliki potensi wisata.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disbudpora), Kabupaten Ciamis, Erwan Darmawan mengatakan, pihaknya sudah sepakat dengan pemerintah desa setempat untuk memanfaatkan adanya batu susun di wilayah itu. Menurut dia, adanya batu susun merupakan potensi baru bagi Kabupaten Ciamis.
"Nanti kita akan kembangkan jadi daerah wisata," kata dia.
Namun, sebelum mengembangkan kawasan itu sebagai destinasi wisata, harus ada beberapa hal yang harus dilakukan. Salah satunya adalah memusyawarahkan rencana itu ke pemerintah desa lainnya. Sebab, batu susun itu terdapat di dua desa. Jangan sampai, kata dia, ketika sudah dikembangkan menjadi destinasi wisata, dua desa itu justru saling klaim terkait batu susun tersebut.
"Kami berharap itu di level desa bisa dirembukkan," kata dia.
Erwan menambahkan, pihaknya akan melaporkan hasil survei yanv dilakukan oleh tim geologi ke kawasan itu ke Bupati Ciamis. Sehingga, Pemerintah Kabupaten Ciamis juga dapat menentukan langkah pengembangannya ke depan.
Sebelumnya, warga Desa Selasari, Kecamatan Kawali dan warga Sukaraharja, Kecamatan Lumbung, menemukan batu susun yang diduga sebagai peninggalan sejarah. Setelah mendapat laporan, Disbudpora Ciamis langsung melakukan peninjauan ke lokasi batu susun. Lokasi batu itu berjarak sekira 2 kilometer dari jalan utama dan harus ditempuh dengan berjalan kaki. Batu Susun itu terletak di sebuah bukit milik warga.
"Batu Susun ini memiliki panjang sekitar 20 meter, tinggi 15 meter. Di atasnya sekitar 30 meter. Batuannya bersusun batu ukuran bervariasi, ada bagian yang mirip gapura dan pintu masuk," kata Erwan.
Menurut dia, batu susun tersebut sudah ditemukan sejak lama. Namun, jarang ada warga ke lokasi dan sesepuh kampung melarang ke tempat batu susun. Disebabkan beberapa hari lalu ada sekelompok pemuda yang penasaran dan melihat batu susun itu, batu itu menjadi ramai dperbincangkan masyarakat Ciamis.