REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berharap pemulihan wabah virus Corona bisa lebih cepat dibandingkan virus SARS pada 2003 lalu. Hal ini agar perdagangan maupun ekonomi yang terdampak adanya wabah virus Corona di China bisa lebih cepat.
Menurut Airlangga, ada dampak yang dirasakan Indonesia setelah adanya virus Corona. Meski tidak ada larangan di segi perdagangan, namun China menurunkan produksinya yang mempengaruhi bahan baku Industri dalam negeri.
"Dampak itu pasti ada, karena China sendiri produksinya mereka turunkan atau bahkan libur diperpanjang, tapi kita berharap bahwa ini recoverynya lebih cepat daripada kasus SARS yang lalu," ujar Airlangga kepada wartawan, Kamis (6/2).
Sehari sebelumnya, Airlangga juga mengatakan wabah virus corona di China akan mempengaruhi dan menghambat industri farmasi serta pariwisata dalam negeri. Airlangga mengatakan industri farmasi terimbas wabah virus corona karena Indonesia masih mengimpor bahan baku dari China dan negara tersebut memperpanjang libur massal hingga pertengahan Februari mendatang.
“Kemungkinan farmasi industri terkena karena sebagian komponen ada di sana dan sekarang mereka memperpanjang libur massal,” katanya di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (5/2).
Sementara itu, sektor pariwisata terdampak akibat adanya pengurangan wisatawan asing datang ke Indonesia terutama dari China yang diperkirakan mencapai dua juta orang per tahun. “Paling terdampak adalah turisme jadi China itu 2 juta ke Indonesia dengan adanya virus corona di mana-mana travel warning dan turis dari China disetop,” ujarnya.
Berikutnya, Airlangga mengatakan sektor otomotif juga terganggu namun relatif kecil sebab meskipun merupakan produk unggulan di Wuhan tapi bukan basis impor untuk Indonesia.
“Manufaktur kaitannya dengan rantai pasokan, bahan baku. Di Wuhan kan pusatnya otomotif tapi otomotif Indonesia basisnya bukan dari China jadi dampaknya relatif kecil,” katanya.
Tak hanya itu, ia menilai virus corona turut berdampak negatif pada aktivitas pasar modal dalam negeri dan dapat dilihat dari catatan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terus terkoreksi. “Efek dari virus corona membuat sebagian besar di pasar saham dalam tren bearish (turun),” ujarnya.