REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta agar korban yang menjadi perundungan teman sekolahnya di salah satu SMP di Kota Malang, mendapatkan pendampingan baik dokter medis maupun psikolog. Khofifah tak ingin siswa tersebut mengalami trauma psikis berkepanjangan yang mengakibatkannya tidak mau sekolah atau kelak menjadi susah bergaul dengan teman sebayanya.
"Korban harus mendapatkan pendampingan dan bimbingan psikolog. Pertama agar korban tidak mengalami trauma pasca mengalami perundungan yang cukup parah, bahkan sampai ada bagian tubuhnya yang diamputasi," kata Khofifah di Surabaya, Kamis (6/2).
Tidak hanya korban, Khofifah juga meminta agar pelaku perundungan tersebut juga mendapatkan pendampingan yang tepat. Mereka yang melakukan perundungan harus dibina agar kelak tidak melakukan tindakan serupa.
"Kemudian juga pelakunya. Pendampingan orang tua, guru sekolah sangat dibutuhkan. Bagaimana agar anak-anak yang masih di bawah umur ini bisa mendapatkan pemahaman yang tepat bagaimana menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan sebayanya," ujar Khofifah.
Mantan Menteri Sosial itu mengimbau pada seluruh guru sekolah di Jawa Timur tak lengah dalam mengawasi siswanya di sekolah. Menurutnya, guru kelas, guru mata pelajaran, bukan hanya bertanggung jawab pada prestasi akademik siswa saja. Tapi juga memiliki tanggung jawab pada perilaku dan interaksi antar siswa di sekolah termasuk juga pergaulan mereka.
Diberitakan sebelumnya, salah satu siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 16 Kota Malang, Jawa Timur, berinisial MS harus menjalani operasi amputasi jari tengah setelah diduga menjadi korban perundungan tujuh temannya. Amputasi terpaksa dilakukan lantaran ujung jari MS disebut sudah tak lagi berfungsi.