REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo bekerja sama dengan Danone Indonesia menggelar Festival Isi Piringku di lapangan Desa Pagerejo, Kertek, sebagai upaya edukasi pencegahan stunting di Wonosobo, kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo, Junaedi.
"Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran publik sebagai gerakan bersama untuk mencegah stunting sekaligus mempromosikan praktik-praktik baik tentang isi piringku sebagai upaya pemenuhan gizi yang baik," kata Junaedi di Wonosobo, Rabu.
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi kurang dalam waktu lama dan tidak sesuai kebutuhan, masalah ini mengakibatkan gagal tumbuh pada anak balita sehingga tinggi badan anak terlalu pendek untuk usianya.
Stunting dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan dan masa awal setelah bayi lahir dan baru tampak setelah bayi berumur 2 tahun. Stunting di awal kehidupan akan berdampak buruk terhadap kesehatan, kognitif, dan fungsional ketika dewasa.
Data Kementerian PPN/Bappenas tahun 2013 menyebutkan bahwa Kabupaten Wonosobo memiliki prevalensi stunting yang cukup tinggi, yaitu sebesar 41,12 persen. Desa dengan prevalensi stunting tertinggi di Kabupaten Wonosobo adalah Desa Pagerejo dengan tingkat prevalensi 45,9 persen atau 186 anak stunting dan 14 anak mengalami gizi buruk. Berdasarkan pemantauan gizi pada tahun 2018, prevalensi stunting turun menjadi 32,5 persen.
Junaedi mengatakan kondisi tersebut menjadi perhatian utama bagi Pemkab Wonosobo kemudian membentuk tim koordinasi percepatan penanganan stunting yang terdiri dari 38 organisasi perangkat daerah, beberapa instansi terkait dan termasuk di dalamnya dari pihak swasta.
"Masing-masing OPD mempunyai program kerja yang diharapkan dapat saling bersinergi dan saling mendukung untuk mewujudkan Wonosobo bebas stunting pada tahun 2020," katanya.
Ia menuturkan kasus balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia. Pada tahun 2018, Pemerintah menetapkan 1.000 desa prioritas intervensi stunting di 100 kabupaten/kota dan 34 provinsi dalam rangka mendorong percepatan penurunan angka stunting.
Junaedi menyebutkan dari sejumlah desa proritas intervensi tersebut terdapat 10 desa di Kabupaten Wonosobo, yakni Desa Sumbersari, Ngalian, Tanjunganom, Pulosaren, Pakuncen, Kwadungan, Purwojiwo, Pagerejo, Sigedang, dan Desa Igirmranak.
Sustainable Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo menyampaikan bahwa inisiatif festival ini adalah perwujudan dari visi Danone yaitu One Planet One Health yang meyakini kesehatan manusia dan kesehatan bumi saling terkait.
"Sebagai perusahaan yang ingin membawa kesehatan melalui makanan dan minuman ke sebanyak mungkin orang di seluruh dunia, kami berkomitmen untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak memberikan edukasi kepada masyarakat secara berkelanjutan mengenai pola makan yang lebih baik sebagai investasi kesehatan anak di masa depan, termasuk menghindari kondisi stunting," kata Karyanto.
Ia menuturkan Danone Indonesia sebagai bagian dari pihak swasta yang masuk dalam tim koordinasi percepatan penanganan stunting telah melakukan beberapa upaya untuk mendukung percepatan penanganan stunting di Kabupaten Wonosobo.
"Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah menginisiasi terbentuknya Sekolah Lapang Keluarga Sehat di Desa Pagerejo Kecamatan Kertek dan Desa Pulosaren Kecamatan Kepil," katanya.
Melalui wadah tersebut, katanya Danone Indonesia menggandeng Lembaga Pengembangan Teknologi Perdesaan (LPTP) Surakarta sebagai mitra untuk memfasilitasi beberapa keluarga yang memiliki anak stunting dan ibu hamil untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan edukasi mengenai pemenuhan gizi seimbang.
Selain itu, untuk menjamin pemantauan dan pencatatan perkembangan anak, Danone dan LPTP juga membangun satu sistem database dengan harapan sistem ini dapat membantu mempermudah pemantauan kesehatan anak di tingkat desa.
"Program di Wonosobo ini menjadi menarik karena untuk berkontribusi pada pencegahan stunting tidak cukup dilakukan dengan edukasi Isi Piringku yang berkelanjutan, namun juga bisa melalui penyediaan akses air bersih bagi mereka. Inisiatif di Wonosobo ini yang kemudian berkembang berdasarkan komunitas sehingga orang tua bisa menyiapkan gizi seimbang, hidrasi sehat, cuci tangan pakai sabun, anjuran aktivitas fisik, keamanan pangan hingga pemantauan tumbuh kembang untuk anak usia 4-6 tahun," kata Karyanto.