Rabu 05 Feb 2020 19:55 WIB

RSD Gunung Jati Cirebon Isolasi WNA Asal Hubei China

Hasil rontgen WNA China tidak menunjukkan ada infeksi paru-paru.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Indira Rezkisari
Virus Corona. Seorang WNA dari Hubei, China, dirawat di Cirebon setelah mengalami gejala demam hingga sakit tenggorokan.
Foto: EPA-EFE/CDC
Virus Corona. Seorang WNA dari Hubei, China, dirawat di Cirebon setelah mengalami gejala demam hingga sakit tenggorokan.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Rumah  Sakit Daerah (RSD) Gunung Jati Kota Cirebon merawat intensif seorang perempuan warga negara asing (WNA) asal China, XC (25). WNA itu mengeluhkan demam, batuk, sakit tenggorokan dan lemah.

XC dirawat di ruang isolasi RSD Gunung Jati sejak Selasa (4/2). XC diketahui berasal dari Provinsi Hubei, yang beribu kota Wuhan, tempat asal berkembangnya virus corona. Namun, dokter belum menetapkan XC sebagai pasien suspek virus corona.

Baca Juga

‘’Statusnya masih dalam pengawasan,’’ ujar Direktur RSD Gunung Jati, Ismail Jamalludin, di RSD Gunung Jati Kota Cirebon, Rabu (5/2).

Status XC dinyatakan sebagai pasien dalam pengawasan karena berasal dari daerah berkembangnya virus corona. Sedangkan secara klinis, hasil rontgennya tidak menunjukkan adanya infeksi paru-paru.

Sementara itu, Koordinator Kantor Kesehatan Pelabuhan ‎(KKP) Kelas 2 Wilayah Kerja Cirebon, Wartoni, menjelaskan, XC merupakan pekerja seni. Dia datang bersama empat WNA China lainnya untuk belajar tari topeng di salah satu sanggar tari di Desa Barisan, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon.

XC terbang dari China dan sampai di Bandara Soekarno-Hatta pada 1 Februari 2020. XC dan rekan-rekannya pun sempat mengikuti latihan menari di sanggar seni tersebut. Bahkan, kelima WNA itu sudah bercengkerama dan menginap bersama peserta latihan menari lainnya.

Pada Senin (3/2), XC mengalami demam. Bahkan, XC telah mengalami kondisi itu sejak berangkat dari China menuju Indonesia. Dengan diantar dua rekannya, XC kemudian diperiksa di RSD Gunung Jati.

Dengan latar belakang tempat asalnya, XC pun ditempatkan oleh pihak rumah sakit di ruang isolasi.

Wartoni menilai, XC semestinya terdeteksi oleh tim medis saat tiba di bandara Soekarno-Hatta. Dia menduga, suhu badan XC masih dalam batas normal karena mengonsumsi obat penurun panas.

‘’Kalau dia panas pasti terdeteksi,’’ ujar Wartoni.

Wartoni menjelaskan, KKP melakukan skrining sebanyak tiga tahap. Yakni, menggunakan termometer gun, alat pemindai saat turun dari pesawat, dan menggunakan deteksi suhu sebelum masuk lorong pemeriksaan imigrasi.

Pascaditemukan kasus tersebut, RSD Gunung Jati sudah berkoordinasi dengan instansi terkait di Kota Cirebon maupun Kabupaten Cirebon. Mereka juga berkoordinasi dengan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKL-PP), Dinkes Provinsi Jabar, RS Hasan Sadikin Bandung, dan pihak terkait lainnya.

Dari hasil koordinasi itu, selain pengambilan sampel dari tubuh XC, orang-orang yang pernah kontak langsung dengannya juga turut diawasi. Pengawasan dilakukan untuk memastikan kondisi kesehatan mereka.

Ismail meyakinkan, sejauh ini kondisi XC sudah mulai stabil. Suhu tubuhnya pun telah normal.

Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon menerjunkan tim epidemiologi untuk memantau sejumlah orang yang kontak langsung dengan XC. Seperti rekan-rekannya yang juga berkewarganegaraan China maupun beberapa orang yang ikut berlatih bersama dengan XC.

‘’Selama ini tidak ada keluhan dari orang-orang yang kontak langsung dengan XC. Yang ikut latihan (tari) juga ada yang berasal dari Jateng. Totalnya kurang lebih 50 orang,’’ kata Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon, Enny Suhaeni.

Enny menyebutkan, XC sudah berada di Indonesia sejak 1 Februari 2020. Rencananya, XC tinggal di Cirebon hingga 12 Februari 2020 untuk belajar tari topeng.

Enny menambahkan, XC juga diketahui pernah datang ke Indonesia pada awal Januari 2019 lalu. Namun, saat itu bukan ke Cirebon, melainkan ke Yogyakarta untuk belajar memahat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement