Rabu 05 Feb 2020 17:49 WIB

BI DIY Sebut Inflasi di Awal 2020 Rendah

Kelompok transportasi menjadi komponen penahan laju inflasi yang paling dominan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Hilman Tisnawan.
Foto: Yusuf Assidiq.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Hilman Tisnawan.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Hilman Tisnawan, menyebut tekanan inflasi pada Januari 2020 tercatat rendah dari bulan sebelumnya. Yakni tekanan inflasi turun menjadi 0,27 (mtm) persen dibanding bulan sebelumnya sebesar 0,46 persen (mtm).

"Dengan realisasi tersebut, laju inflasi DIY pada awal 2020 tercatat 2,57 persen (yoy), lebih rendah dibanding inflasi nasional yaitu 2,68 persen (yoy)," kata Hilman, dalam keterangan resminya, Rabu (5/02).

Ia menjelaskan, tekanan inflasi di Januari 2020 terutama disebabkan adanya peningkatan inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Sementara, katanya, kelompok transportasi menjadi komponen penahan laju inflasi yang paling dominan.

Kelompok makanan, minuman, dan tembakau ini tercatat mengalami inflasi sebesar 1,39 persen (mtm). Hal ini berasal dari tekanan inflasi pada komoditas cabai, minyak goreng, dan beras.

"Lonjakan harga cabai merah 47,11 persen (mtm) dan cabai rawit 39,11 persen (mtm) terjadi karena penurunan pasokan akibat siklus pertanian yang masih berada pada masa tanam yang turut diperlemah dengan faktor curah hujan yang tidak menentu," ujarnya.

Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis ( PIHPS), harga cabai merah dan rawit mencapai angka tertinggi di Januari 2020 yakni masing-masing Rp 67.500 per kilogram dan Rp 61.000 per kg. Sementara, peningkatan harga minyak goreng mencapai 5,89 persen (mtm) yang dipengaruhi kenaikan harga  bahan baku minyak kelapa sawit.

"Minyak kelapa sawit yang kembali meningkat pada Januari 2020 akibat faktor seasonal dan permintaan untuk produksi biodiesel," jelasnya.

Di sisi lain, kelompok transportasi mengalami deflasi sebesar 1,22 persen (mtm). Hal ini disebabkan karena turunnya harga tarif angkutan udara, BBM, dan tarif kereta api.

Menurut Hilman, penurunan harga tarif angkutan udara ini mencapai 7,56 persen (mtm) dengan kontribusi deflasi terbesar. Sementara, tarif kereta api mengalami penurunan sebesar 3,80 persen (mtm).

Penurunan tarif tersebut, kata Hilman, terjadi seiring dengan berakhirnya peak season masa liburan anak sekolah serta libur Natal dan Tahun Baru. "Selain itu, penurunan harga komoditas bensin 1,48 persen (mtm) terjadi selaras dengan adanya penyesuaian harga bahan bakar jenis bensin nonsubsidi yang diterapkan sejak 5 Januari 2020," ujar Hilman.

Hilman menyebut, rendahnya tekanan inflasi tersebut menunjukkan upaya Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY dalam mengendalikan inflasi yang semakin efektif. Untuk itu, di 2020, katanya, ini BI bersama TPID DIY berkomitmen untuk terus memantau perkembangan harga dan kecukupan stok pangan

Selain itu, meningkatkan sinergi dan koordinasi antar lembaga juga terus dilakukan. Hal ini, jelas Hilman, sebagai upaya dalam menjaga stabilisasi harga. "Dengan demikian, diharapkan inflasi DIY pada 2020 dapat tercapai sesuai target sasaran sebesar 3 persen ± 1 persen (yoy)," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement