Rabu 05 Feb 2020 16:49 WIB

Larangan Impor 'Setengah-Setengah' Komoditas China

Pemerintah menyetop sementara impor hewan hidup dari China tapi komoditas lain tidak.

Pekerja mengupas bawang putih impor dari China sebelum dijual ke pasar di Gudang bawang di Malang, Jawa Timur. Pemerintah tidak menghentikan impor komoditas pertanian seperti bawang putih di tengah merebaknya wabah Corona. (ilustrasi)
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Pekerja mengupas bawang putih impor dari China sebelum dijual ke pasar di Gudang bawang di Malang, Jawa Timur. Pemerintah tidak menghentikan impor komoditas pertanian seperti bawang putih di tengah merebaknya wabah Corona. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Dessy Suciati Saputri , Deddy Darmawan Nasution, Kamran Dikarma

Pemerintah memutuskan untuk menyetop sementara impor hewan hidup dari China, menyusul peningkatan antisipasi terhadap penyebaran virus Corona (2019-nCoV) di Indonesia. Kebijakan ini diambil dalam rapat terbatas level menteri yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana  Bogor, Selasa (4/2).

Baca Juga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, pemerintah mempertimbangkan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan bahwa virus Corona bertransmisi secara manusia ke manusia dan hewan liar ke manusia. Berdasar temuan itulah maka impor hewan hidup, terutama hewan-hewan liar seperti ular, kura-kura, hingga bangsa reptilia, dihentikan.

"Kalau ada yang sekarang dikirim ke Indonesia akan kita kembalikan," jelas Airlangga usai rapat terbatas di Istana Bogor, Selasa (4/2).

Sementara untuk komoditas impor lainnya, seperti barang mati, makanan, dan produk hortikultura seperti bawang putih dan buah-buahan tetap diberi izin impor. Masih terbukanya keran impor bagi produk-produk tersebut karena diyakini virus Corona tidak menular melalui komoditas non-hewan hidup.

Airlangga menambahkan, pemerintah juga terus memantau dampak perekonomian yang dihadapi Indonesia pascamerebaknya virus Corona di sejumlah negara ini. Pasalnya, sejumlah negara menutup pintu gerbang keluar-masuk dari dan menuju China. Kondisi ini otomatis menekan perekonomian China yang menjadi mitra dagang utama Indonesia.

"Kami akan monitor karena di China akan terus dimonitor sampai pertengahan Februari karena efek outbreak sampai pertengahan Februari. Mereka punya karantina akan dievaluasi sampai akhir Februari. Pemerintah akan ambil langkah sama," jelasnya.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menerangkan, larangan impor hewan hidup yang dimaksud yakni seperti kura-kura, ular, dan juga reptil. Sebab, kata dia, hewan-hewan tersebut memiliki keterkaitan dengan virus jenis baru korona.

"Hewan hidup itu yang semacam ada yang kura-kura, ular, dan reptil, itu nggak boleh. Itu berkaitan dengan virus," tambahnya.

Selain hewan hidup, pemerintah belum berencana untuk menghentikan impor semua komoditas dari China. Agus juga menyebut, larangan impor hewan hidup asal China ini akan berlangsung sementara waktu dan menunggu hasil evaluasi dari Presiden.

"Sampai nanti dievaluasi kembali. Setelah presiden mengevaluasi kembali. Sifatnya sementara, tidak selamanya karena ini mengantisipasi saja," ujar Agus.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebutkan, impor produk hortikultura tetap berjalan, namun dengan pemeriksaan yang lebih intensif. Menurutnya, mitigasi dilakukan di gerbang-gerbang masuk produk hortikultura, terutama dari China dan negara-negara dengan kasus positif virus korona lainnya.

"Negara yang terkena suspect kita sudah mitigasi. Kalau kemudian sudah sandar pesawatnya tiba, kita intervensi ke dalam apakah dilakukan disinfeksi bebas," jelas Syahrul usai menghadiri rapat terbatas di Istana Bogor, Selasa (4/2).

Pihak Kemen juga menegaskan, bahwa Indonesia hingga saat ini tidak pernah mengimpor hewan hidup untuk pangan dari China. Meski demikian, Kementan melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap lalu lintas impor produk pangan asal Cina.

"Kita tidak ada impor hewan untuk pangan dari China. Tapi kita juga melakukan antisipasi-antisipasi produk impor dengan pengawasan yang lebih ketat," kata Direktur Kesehatan Hewan, Kementan, Fadjar Sumping Tjatur Rasa kepada Republika.co.id, Rabu (5/2).

Seperti diketahui bahwa impor hewan untuk pangan di Indonesia didatangkan dari Brasil untuk daging sapi, lalu dari India untuk daging kerbau, serta dari Australia untuk daging sapi maupun sapi bakalan yang akan digemukkan di Indonesia. Selain itu, impor bibit ayam maupun ayam galur murni juga dilakukan dari berbagai negara selain China.

Sejauh ini, dari asal negara-negara untuk impor pangan hewan ke Indonesia, baru India telah menyatakan terpapar virus Corona yang bersumber dari China. Merespons itu, Fadjar menuturkan, impor daging kerbau dari Indonesia belum ditutup oleh pemerintah. Sebab, dalam perdagangan antar negara, keputusan melarang impor salah satunya harus berdasarkan bukti ilmiah.

"Semua harus melalui analisis risiko dan bukti ilmiah yang didukung WHO (World Heatlh Organization) dan OIE (Office International des Epizooties). Kalau itu sudah ada maka kita siap melakukan penutupan (impor)," kata Fadjar.

Saat ini ia menjelaskan bahwa negara-negara di seluruh dunia dan berbagai organisasi internasional tengah melakukan kajian ilmiah mengenai virus Corona. Hasil kajian tersebut akan disampaikan kepada negara-negara di dunia untuk dijadikan sebagai dasar kebijakan.

Fadjar menambahkan, pemerintah di tengah situasi saat ini juga harus menghindari perselisihan dengan China. Sebab, China merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia. "Kita juga harus hindari dispute," ujarnya.

Sementara itu, pemerintah belum memutuskan untuk melarang masuknya kargo asal Cina ke wilayah Indonesia. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan, pemerintah masih mempertimbangkan kebijakan untuk kargo.

Pada prinsipnya, ujar Budi, virus Corona hanya bertransmisi secara 'manusia ke manusia' dan 'hewan hidup ke manusia'. Artinya, barang mati tak memiliki potensi sebagai pembawa virus.

"Jadi yang sedang kita finalisasikan, itu barang tetap bisa jalan tapi awak pesawatnya tidak ikut turun. Atau awak kapanya tidak turun dan kita periksa," jelas Budi.

[video] Wabah Virus Corona Berdampak pada Sektor Pariwisata

China layangkan protes

Pemerintah China mengeluhkan tindakan beberapa negara, termasuk Indonesia, yang memberlakukan pembatasan perjalanan dan perdagangan terhadapnya sehubungan dengan merebaknya wabah virus Corona.

"Seperti yang tadi saya jelaskan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) tidak setuju bahkan keberatan atas segala tindakan pembatasan perjalanan dan perdagangan terhadap China. Jadi tindakan-tindakan demikian tidak sama bahkan berbeda dengan rekomendasi dari WHO," kata Duta Besar China untuk Indonedia Xiao Qian saat menggelar konferensi pers di gedung Kedubes Cina di Jakarta, Selasa (4/2).

Menurut Xiao, meskipun telah terdapat beberapa negara yang memberlakukan pembatasan perjalanan serta perdagangan, negara lain seharusnya tak mengikuti langkah tersebut. Dia menilai keputusan demikian dapat menimbulkan dampak langsung terhadap hubungan China dan negara terkait.

"Kebanyakan negara di dunia mengambil langkah-langkah yang masuk akal dan rasional. Mereka mengambil saran dari WHO seperti memperketat karantina di bandara atau pelabuhan," kata Xiao.

Dia pun menyinggung tentang keputusan Indonesia yang telah secara resmi membatasi perjalanan dari dan ke China serta menghentikan sementara impor produk makanan dan minuman. "Menurut saya mengambil pembatasan perdagangan dan perjalanan, kami sangat tak mengharapkan dampaknya. Itu sebenarnya juga akan merugikan sektor perdagangan serta pariwisata Indonesia sendiri," ucapnya.

Xiao mengungkapkan dalam beberapa tahun, kerja sama perdagangan antara China dan Indonesia meningkat pesat. Selama tujuh atau delapan tahun terakhir, China menjadi mitra dagang terbesar Indonesia.

Menurut Xiao, China juga termasuk salah satu sumber investasi terbesar untuk Indonesia. "Kami berharap Indonesia bisa mendengarkan saran WHO dan mengambil tindakan pencegahan wabah yang rasional. Jangan memberikan dampak yang negatif terhadap kerja sama investasi kedua negara," ujarnya.

Menanggapi protes China, Istana menegaskan langkah pemerintah untuk melarang impor hewan hidup dari China sudah tepat.  Menurut Juru Bicara Kepresidenan Fadjroel Rachman, larangan impor dari negeri China ini tak hanya dilakukan oleh pemerintah Indonesia, namun juga sejumlah negara lainnya untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona yang hingga kini belum ditemukan vaksinnya.

"Tidak. Karena tindakan pemerintah Indonesia, juga dilakukan oleh pemerintah lain di dunia," tegas Juru Bicara Kepresidenan Fadjroel Rachman di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Rabu (5/2).

Kebijakan larangan impor ini akan diterapkan sementara hingga status darurat yang ditetapkan oleh WHO dicabut.

"Hingga nanti saatnya akan dicabut oleh WHO, berupa pelarangan yang terkait merebaknya virus corona tersebut," tambahnya.

Fadjroel menegaskan, pemerintah hanya melarang impor hewan hidup dari China. Bukan yang lain. Hal ini juga ditegaskan dalam rapat terbatas terkait penanganan virus korona di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (4/2) kemarin.

"Dalam ratas juga disampaikan oleh pihak kementerian Koordinator Perekonomian. Tegas, hanya untuk life animal yang terkait kasus Corona ini," ujarnya.

photo
Hoaks dan Virus Corona

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement