Rabu 05 Feb 2020 01:24 WIB

LIPI Ingatkan Masalah Ketimpangan Sosial di Ibu Kota Baru

Potensi masalah ketimpangan sosial di ibu kota baru karena perbedaan kualitas SDM.

Presiden Joko Widodo meninjau lokasi rencana ibu kota baru di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (17/12/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo meninjau lokasi rencana ibu kota baru di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (17/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Tri Nuke Pudjiastuti mengatakan salah satu masalah yang harus diantisipasi mendatang adalah masalah ketimpangan sosial di ibu kota baru. Kondisi itu disebabkan oleh perbedaan kualitas sumber daya manusia.

"Ketika adanya sebuah pembangunan di suatu wilayah, jangan sampai masyarakat lokal mengalami ketertinggalan, inklusivitas seperti itu akan terjadi ketika interaksi antara sumber daya manusia unggul dari ASN yang dipindahkan dan mereka yang ada di daerah itu sudah selayaknya mempunyai perlakuan yang baik," kata Trinuke dalam Seminar Indonesia Demographic Outlook 2020 di Gedung LIPI, Jakarta, Selasa (4/2).

Baca Juga

Trinuke menyambut baik imbauan Presiden Joko Widodo agar universitas-universitas untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil, yang kemudian akan mengisi SDM berkualitas di wilayah itu. Selain itu, SDM lokal juga harus dilengkapi dengan kemampuan yang unggul agar dapat bersaing.

Dia mengatakan pengembangan ibu kota baru harus didukung dengan kualitas sumber daya manusia yang unggul yang bukan merupakan pekerja kelas bawah.

"Tetapi yang tidak kalah penting, bagaimana mereka dalam posisi bukan berkompetisi, tetapi menjadi complementyang baik, bukan hanya sebagai tenaga kerja kelas bawah tetapi dia juga menjadi bagian dari kekuatan yang sama dalam ikatan itu. Kalau tidak maka kita sama saja memindahkan persoalan ke sana," ujarnya.

Ketua Umum Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI) Sudibyo Alimoeso menuturkan, penduduk lokal juga harus diperlengkapi dengan pembangunan SDM yang berkualitas dan tangguh. Hal itu diperlukan agar mereka dapat mengambil peran dalam pengembangan ibu kota negara yang baru sekaligus meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Dia mengharapkan agar masyarakat lokal justru terpinggirkan karena tidak mampu berkontribusi dalam pengembangan ibu kota negara yang baru yang sarat dengan kemajuan teknologi.

"Pendidikan di tempat itu rata-rata rendah tidak setinggi yang ada di Jakarta dan sebagainya. Kalau tidak disikapi dengan baik, biasanya akan timbul kesenjangan kesempatan karena harapan penduduk lokal biasanya, apa yang bisa kami kontribusikan terhadap wilayah kami yang baru ini," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement