Selasa 04 Feb 2020 14:50 WIB

Emil Targetkan Market Share Perbankan Syariah di Jabar

Market share perbankan syariah di Jabar masih kecil.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Muhammad Hafil
Emil Targetkan Market Share Perbankan Syariah di Jabar. Foto: Gubernur Jabar Ridwan Kamil, saat mengunjungi Pesantren Nur Assa
Foto: Republika/Bayu Adji P
Emil Targetkan Market Share Perbankan Syariah di Jabar. Foto: Gubernur Jabar Ridwan Kamil, saat mengunjungi Pesantren Nur Assa

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pemprov Jabar, terus berkomitmen untuk mengembangkan perbankan syariah. Menurut Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, jumlah pesantren di Jabar cukup banyak hingga ribuan. Namun, market share perbankan syariah di Jabar masih kecil. Saat ini, pergerakan keungan masih fokus ke konvensional yang masih dominan sekitar 92 persen.

"Ya seharusnya, minimal 20 persen harusnya bisa kekejar. Harusnya bisa kan Jabar mayoritas muslim," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada Republika.co.id, belum lama ini.

Baca Juga

Emil mengatakan, tantangan di Jabar saat ini adalah literasi. Menurutnya, ia dengan OJK dan dewan akan terus mendorong literasi. "Literasi soal perbankan agar tak banyak korban tipu-tipu baik organisasi maupun investasi bodong. Dan penguataan keumatan. Tanpa edukasi dan literasi  8 sampai 10 persen," katanya.

Pemprov Jabar, kata dia, bekerja sama dengan OJK yang memberikan arahan, strategi agar ekonomi berkelanjutan. Agar, pertumbuhan ekonomi di Jabar bisa berkelanjutan. Tanpa kolaborasi yang kurang positif, maka akan ada masalah pada literasi.

"Saat ini, Jabar sedang meningkatkan literasi keuangan dan akses keuangan ke masyarakat agar membuat masyarakat bisa lebih terlindungi dan menginvestasikan keuangannya," katanya.

Menurut Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 2 Jawa Barat, Triana Gunawan, pertumbuhan perbankan syariah, tetap harus tingkatkan. Karena, market sharenya masih kecil dibandingkan konvensional.

"Ruang untuk pertumbuhan akan didorong terus. Termasuk, mengembangkan ekosistem perbankan syariah," katanya.

Kinerja perbankan secara keseluruhan, menurut Triana, perbankan syariah di Jawa Barat sebenarnya tumbuh stabil dan positif. Pertumbuhan tersebut terutama ditopang dari kinerja Bank Umum Syariah.

"Namun, memang share perbankan syariah masih tergolong kecil yaitu sebesar 8,36 persen dibandingkan dengan total aset perbankan Jawa Barat," katanya.

Hal tersebut, kata dia, disebabkan masih terdapatnya kendala permodalan, Sumber Daya Manusia (SDM), teknologi, produk dan layanan yang belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Namun, kata dia, jika dilihat dari potensi Jawa Barat dengan mayoritas jumlah penduduk beragama islam dan jumlah pesantren mencapai sekitar 12.000, maka tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah masih perlu ditingkatkan.

"Untuk kinerja BPR dan BPRS yang beroperasi di Jawa Barat juga mengalami pertumbuhan yang sehat," katanya.

Bahkan, kata dia, untuk pertumbuhan kredit, BPR mencatatkan angka pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Bank Umum. Fungsi intermediasi BPR juga tergolong tinggi namun dibayangi oleh NPL yang cukup tinggi.

Kinerja perbankan, kata dia, tumbuh positif, tercermin dari pertumbuhan aset, dana pihak ketiga dan kredit. Fungsi intermediasi perbankan mengalami moderasi namun masih tergolong cukup optimal, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi domestik yang tercermin dari likuiditas memadai dan rasio kredit bermasalah yang terjaga.

Pada 2019, menurut Triana, dalam rangka mendukung penguatan kinerja bank umum, OJK mendorong salah satu Bank Umum dibawah pengawasan kami untuk merger dengan bank yang berlokasi di Jakarta dan 1 (satu) Bank umum lainnya akan diakuisisi untuk menjadi digital banking.

Selain itu, kata dia, dalam rangka mendorong penguatan modal untuk pertumbuhan kelanjutan bisnis BPR, di sepanjang 2019, KR2 Jawa Barat bersama KOJK Cirebon dan KOJK Tasikmalaya berhasil mendorong merger 36 BPR di Jawa Barat menjadi 6 BPR. 

Untuk penyaluran pembiayaan di Jawa Barat, kata dia, masih didominasi konsumsi yang mencapai 48,1 persen dari total pembiayaan. Sementara untuk penyaluran kredit UMKM oleh perbankan Jawa Barat telah mencapai 27,7 persen dari total kredit.

"Ini berada diatas ketentuan sebesar minimal 20 persen," katanya.

Sedangkan penyaluran KUR di Jawa Barat, kata dia, tercatat naik sebesar 11,11 persen dan disalurkan kepada 652.000 debitur dengan NPL yang sangat terjaga. Namun, penyaluran KUR masih lebih banyak di sektor perdagangan dengan sebagian besar adalah debitur eksisting.

Oleh karena itu, pada 2020 ini, ia kembali mendorong perbankan agar penyaluran KUR lebih diarahkan pada sektor produktif dan menyasar ke debiturdebitur baru. Selain itu, pembiayaan terhadap tiga sektor prioritas Jawa Barat pada 2019 juga tumbuh positif yaitu pembiayaan di sektor properti tumbuh 8,8 persen, sektor ekspor-impor tumbuh 77,3 persen dan sektor pariwisata tumbuh 14,2 persen.

Menurut Triana, dalam rangka mendukung program pemerintah untuk meningkatkan perekonomian di sekitar pesantren, terdapat 9 Bank Wakaf Mikro di Jawa Barat yang turut berkontribusi dan berkinerja positif. 

Triana mengatakan, tercatat 68 kegiatan edukasi telah diselenggarakan sepanjang 2019 kepada ribuan peserta oleh OJK. Selain itu, ia juga telah menindaklanjuti pengaduan yang diterima dari masyarakat dan menerima permintaan data Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), yang telah terselesaikan dengan waktu singkat.

"Berbagai upaya tersebut kami lakukan dalam rangka mencapai target inklusi keuangan sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement