Selasa 04 Feb 2020 13:58 WIB

Jokowi Minta Jajarannya tak Lalai Tangani Hot Spot

Begitu api muncul satu tolong segera dipadamkan.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Esthi Maharani
Presiden Joko Widodo menyalami peserta usai memberikan pengarahan pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penanggulangan Bencana 2020 di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/2).
Foto: Putra M Akbar
Presiden Joko Widodo menyalami peserta usai memberikan pengarahan pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penanggulangan Bencana 2020 di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SENTUL -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperingatkan jajarannya agar berhati-hati terhadap munculnya titik panas atau hot spot yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah. Ia meminta agar jajarannya segera merespon cepat jika terdeteksi adanya hot spot.

"Ada yang dari Aceh dan Riau? Hati-hati. Begitu api muncul satu tolong segera dipadamkan. Mumpung masih satu, jangan biarkan menjadi dua, apalagi tiga. Ini segera dan sering orang lalai," ujar Jokowi saat membuka rakornas BNPB di SICC, Kabupaten Bogor, Selasa (4/1).

Bencana kebakaran dan hutan ini terus berulang dan sering terjadi tiap tahun. Karena itu, ia memperingatkan agar masyarakat tak lalai jika muncul titik api di daerahnya, apalagi saat musim kemarau.

"Hati-hati dengan ini. Kita sudah masuk ke musim kemarau di Aceh dan di Riau sudah ada titik api," tambah dia.

Jokowi pun mengingatkan, negara sebesar Australia bahkan juga kewalahan menghadapi kebakaran hutan yang telah melalap lahan hingga seluas enam juta hektare. Karhutla di Australia pun bahkan menyebabkan sekitar 500 juta flora dan fauna hilang.

"Bencana bukan hanya urusan ekonomi saja tapi urusannya bisa ke mana-mana," ucap Jokowi.

Jokowi mengatakan selain diperparah oleh musim kemarau, kebakaran hutan dan lahan ini juga disebabkan oleh ulah manusia sendiri.

"Tapi karena ulah kita sendiri, ulah masyarakat kita sendiri. Mulai keteledoran sampai kesengajaan. Juga kerusakan ekosistem dan lingkungan, serta tata ruang dan lahan yang tak sesuai dengan risiko-risiko bencana," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement