REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sebanyak empat ruang kelas di SDN 3 Cigorowong, Kampung Sukamaju, Desa Sukamukti, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, mengalami kerusakan. Dua ruang kelas di antaranya, yaitu kelas II dan kelas III mesti ditopang tiang-tiang bambu sejak dua bulan lalu agar tidak roboh. Sementara dua ruang kelas lainnya, yaitu kelas I dan kelas IV, ambruk pada bagian atap karena tertimpa pohon tumbang pada Senin (3/2).
Kepala SDN 3 Cigorowong, Ahmad Daryono mengatakan, ruang kelas II dan kelas III telah dipasangi bambu sejak dua bulan terakhir. Sebab, atap dua ruangan itu terancam roboh lantaran atap bangunan sudah miring dan selalu bocor ketika turun hujan.
"Kalau tidak ada bambu mungkin sudah roboh," kata dia, Selasa (4/2).
Suasana belajar di SDN 3 Cigorowong, Kampung Sukamaju, Desa Sukamukti, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (4/2). Sebanyak empat ruang kelas di sekolah itu mengalami kerusakan.
Menurut dia, kondisi atap rapuh ini sudah terjadi lama. Namun, tiang-tiang bambu itu baru dipasang tiang sekira dua bulan belakangan. Ia menduga, kondisi itu disebabkan oleh konstruksi bangunan yang tidak kuat. Sebab, bangunan itu baru direhabilitasi pada 2013.
Ahmad mengaku tak berdiam diri melihat kondisi itu. Ia mengatakan, pihak sekolah telah membuat laporan melalui data pokok pendidikan (dapodik) sejak setahun terakhir, yang diperbaharui setiap bulannya. Dalam laporan itu, pihak sekolah menulis keadaan ruang kelas mereka dalam kondisi rusak berat.
Kendati demikian, hingga saat ini belum ada perhatian lebih dari pemerintah. Karena itu, sekira tiga bulan lalu pihak sekolah dan warga sekitar berinisiatif melakukan gotong royong untuk mengantisipasi ambruknya atap ruang kelas.
"Bambu itu dipasang secara swadaya oleh masyarakat. Alhamdulillah di sini masyarakat respon cepat," kata dia.
Meski tiang-tiang bambu telah terpasang di dua ruang kelas yang dianggap rawan roboh, Ahmad mengatakan, para siswa dan guru masih melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam kondisi was-was. Apalagi jika turun hujan, ketakutan atap ruang kelas roboh semakin besar.
"Setiap belajar siswa dan guru tidak tenang. Tapi apadaya. Apapun yang bisa saya lakukan, sudah dilakukan. Jangan sampai anak-anak tidak belajar," kata dia.
Belum juga kerusakan dua ruangan itu diperbaiki, kejadian bencana justru menimpa SDN 3 Cigorowong pada Senin (3/2). Pohon tumbang akibat hujan dan angin kencang kemarin menimpa atap kelas sekolah itu sekira pukul 14.00 WIB. Akibatnya, genting dan plafon dua ruang kelas ambrol.
Beruntung, lanjut dia, ketika kejadian itu sudah tak ada aktivitas di sekolah, sehingga peristiwa itu tak menimbulkan korban jiwa. Namun, ruang kelas rusak di sekolah itu bertambah menjadi empat.
Meski sudah rusak, dua ruang kelas itu masih digunakan untuk proses KBM pada Selasa. Para siswa di dua kelas itu harus belajar sambil melihat gurunya membersihkan sisa-sisa puing genting dan plafon yang roboh.
"Sementara kalau tidak hujan masih kita pakai. Namun kalau hujan, nanti siswa dipindahkan ke ruang yang ditopang bambu. Paling nanti kita buat sekat," kata dia.
Ia berharap, pemerintah dapat secepatnya melakukan perbaikan, mengantisipasi supaya kerusakan tak semakin parah. "Saya mohon diperhatikan, karena ini sangat mengganggu kelancaran KBM," kata dia.