REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut investasi Jepang di bidang perikanan dan pariwisata di Natuna, Kepulauan Riau segera dimulai. Realisasinya diharap terjadi tahun ini.
"Tahun ini (realisasinya). Sudah ada time table-nya semua. Kita bisa mulai produksi sampai segala macam itu akhir 2021," katanya di kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi di Jakarta, Senin (3/2).
Luhut menyampaikan hal tersebut setelah bertemu dengan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii. Menurut purnawirawan Jenderal TNI itu, kedatangan Dubes Ishii membahas mengenai rencana kerja sama dan investasi negeri Sakura di Indonesia.
"Dia (Jepang) ingin masuk lebih banyak di Indonesia, seperti hydropower. Mereka juga ingin masuk," imbuhnya.
Dalam kesempatan terpisah, Dubes Ishii menuturkan investasi Jepang di Indonesia cukup besar. Bahkan nilainya mencapai 4,1 miliar dolar AS pada 2019.
"Saya rasa perusahaan Jepang sangat senang berinvestasi di Indonesia. Saya harap kondisinya membaik dengan Omnibus Law yang sedang dibicarakan itu," katanya.
Sebelumnya, dalam kunjungan Menteri Luar Negeri Jepang Motegi Toshimitsu ke Jakarta, Pemerintah Indonesia mendorong Jepang untuk meningkatkan investasi di pulau-pulau terluar termasuk Natuna. Kedua negara kemudian sepakat untuk memperkuat kerja sama di bidang pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT) di pulau-pulau terluar, termasuk di Natuna.
“Indonesia mengharapkan agar SKPT fase kedua dapat ditindaklanjuti,” kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi usai melakukan Dialog Strategis ke-7 dengan Menteri Luar Negeri Jepang Motegi Toshimitsu.
Tahun lalu, Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) menghibahkan dana senilai 2,5 miliar yen atau sekitar Rp 324 miliar untuk pengembangan enam SKPT di pulau-pulau terluar di Indonesia, salah satunya di Natuna. Khusus untuk Natuna, dana hibah yang dialokasikan untuk pembangunan SKPT sebesar 983 ribu yen atau sekitar Rp 124 juta dan telah dilakukan pengembangan fase pertama.