Senin 03 Feb 2020 15:31 WIB

Yogyakarta Maksimalkan Pelayanan Deteksi Dini Kanker

Penderita kanker di Yogyakarta terus meningkat.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Dwi Murdaningsih
Alat Deteksi Dini Kanker Serviks. ilustrasi
Foto: Retno Wulandhari / Republika
Alat Deteksi Dini Kanker Serviks. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Eny Dwiniarsih mengatakan, kanker masih menjadi masalah kesehatan serius, terutama di DIY. Bahkan, penderita kanker saat ini sudah mencapai 4,5 persen di DIY.

Menurut Eny, hal yang penting dilakukan untuk mencegah kanker yakni dengan deteksi dini. "Ditingkat DIY angkanya sudah mencapai 4,5 persen dan grafiknya terus meningkat dari tahun ke tahun," kata Eny di Balai Kota Yogyakarta, akhir pekan kemarin.

Baca Juga

Ia menjelaskan, deteksi dini dilakukan dengan rutin melakukan pemeriksaan di fasilitas layanan kesehatan seperti rumah sakit atau pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas). Melalui deteksi dini akna diketahui jika terdapat kanker, sehingga juga dapat ditangani secara langsung.

“Rata-rata mereka yang datang ke rumah sakit sudah berada pada stadium empat. Kami mengajak masyarakat melakukan deteksi dini, kalau stadiumnya masih rendah peluang kesembuhan masih besar,” jelas Eny.

Untuk memaksimalkan deteksi dini terhadap kanker ini, Pemkot Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan Yogyakarta terus memperbanyak Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). Dengan adanya pos tersebut, deteksi dini dapat dilakukan dengan baik. 

“Jika ada benjolan di tubuh, harapannya masyarakat segera melakukan pemeriksaan. Termasuk Posbindu akan terus kami perbanyak,” imbuhnya.

Sementara itu, Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM) dr. Lina Choridah menilai sosialisasi pencegahan deteksi dini dan penanganan kanker mulitidisiplin seharusnya dilakukan secara masif. Hal ini guna meningkatkan kewaspadaan bagi populasi dengan risiko kanker yang lebih tinggi.

"Dengan demikian, diharapkan akan dapat dimanfaatkan sebagai acuan upaya preventif maupun intervensi untuk menurunkan risiko kanker terutama payudara,” kata Lina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement