REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Nidia Zuraya
Pemerintah tidak meninggalkan begitu saja tujuh WNI yang masih ada di Hubei, China. Pemerintah melalui KBRI akan terus memantau dan berkomunikasi dengan tujuh WNI tersebut.
"Tujuh WNI yang tetap berada di Hubei akan terus dipantau dan berhubungan dengan KBRI. Kita harapkan mereka juga bisa melewati masa-masa sulit ini," ucap Juru Bicara Kepresidenan Fadjroel Rachman kepada wartawan, Senin (3/2).
Seharusnya 245 WNI dipulangkan dari China kemarin ke Indonesia. Tapi empat di antaranya dengan sukarela ingin menetap di Hubei dengan alasan keluarga. Sedang tiga WNI lainnya tidak diizinkan keluar China karena faktor kesehatan.
Setibanya 238 WNI di Indonesia, pemerintah pun menjamin para WNI serta 42 tim penjemput itu dalam keadaan sehat. Mereka juga akan menjalani observasi selama masa karantina selama 14 hari di Natuna.
"Semua prosedur dilaksanakan secara profesional sesuai protokol WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), serta dikoordinasikan semua kementerian dan lembaga bekerja sesuai fungsinya dalam Inpres No.4/2019," tambahnya.
Karena itu, lanjutnya, pemerintah mengucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia yang berbesar hati menerima 238 WNI yang dievakuasi kembali ke Tanah Air. "Pemerintah mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat Indonesia atas keikhlasan dan kebesaran hati menerima keprihatinan bersama terhadap saudara sebangsa kita 238 WNI dalam evakuasi kemanusiaan dari Provinsi Hubei, Republik Rakyat Tiongkok," kata Fadjroel.
Fadjroel berharap kerjasama seluruh masyarakat Indonesia untuk mengantisipasi menyebarnya virus jenis baru ini dapat berjalan efektif dan optimal.
Petugas medis memeriksa kesehatan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, China yang baru tiba di Bandara Hang Nadim, Batam, dan akan diberangkatkan menuju Natuna dengan pesawat Hercules TNI di Kepulauan Riau, Minggu (2/2/2020). Sebanyak 238 orang WNI dari Wuhan, China tersebut selanjutnya dipindahkan ke Natuna untuk menjalani observasi selama kurang lebih dua minggu guna memastikan kesehatannya dan terbebas dari virus corona.
Ia juga menyampaikan pemerintah menjamin perlindungan kesehatan para WNI tersebut dan akan dipantau secara langsung oleh Menteri Kesehatan bersama tim yang juga berkantor di Natuna. Selain itu, Presiden Jokowi juga telah menginstruksikan agar seluruh penerbangan dari dan ke China dihentikan untuk sementara mulai Rabu (5/2) pukul 00.00 WIB.
"Juga kepada pendatang yang tiba dari China dan sudah berada di sana selama 14 hari, tidak diizinkan masuk dan transit di Indonesia," tambah dia.
Pemerintah juga menghentikan fasilitas bebas visa kunjungan dan visa on arrival ke Indonesia untuk warga negara China. Fadjroel menyampaikan seluruh WNI pun diminta agar tak melakukan perjalanan ke China hingga wabah virus corona ini tertangani dan dinyatakan selesai oleh WHO.
Terkait munculnya penolakan karantina WNI dari Hubei di Natuna, Presiden Joko Widodo menyebut masyarakat di Natuna telah memberikan lampu hijau terhadap kebijakan pemerintah untuk mengarantina WNI.
Ia pun menyampaikan apresiasinya kepada masyarakat yang telah menerima kembali para WNI tersebut. "Saya juga berterima kasih kepada masyarakat Natuna, yang juga sudah memberikan lampu hijau karena ini adalah saudara-saudara kita sendiri," ujar Jokowi di Sukajaya, Kabupaten Bogor, Senin (3/2).
Jokowi pun menyebut masyarakat Indonesia harus berbesar hati menerima saudara WNI lainnya yang ingin kembali ke Tanah Air menyusul mewabahnya virus corona di Wuhan, China. "Saya kira kita memerlukan kebesaran hati seluruh masyarakat Indonesia. Apapun mereka adalah saudara-saudara kita," ucapnya.
Jokowi menyampaikan sebanyak WNI yang kembali ke Tanah Air itu dalam keadaan sehat. Namun, masih diperlukan rangkaian prosedur kesehatan sebelum kembali ke keluarga masing-masing.
"Tahapan observasi sehingga betul-betul dinyatakan mereka clean, bersih, sehingga bisa kembali ke keluarganya masing-masing. Itu adalah protokol kesehatan yang harus kita ikuti," ujarnya.
Jokowi menyebut, sebelumnya pemerintah juga memiliki beberapa lokasi alternatif yang dapat dijadikan sebagai lokasi karantina dan observasi para WNI itu, salah satunya yakni di Morotai dan Biak. Namun, pemerintah terkendala oleh landasan pesawat yang diperlukan.
"Karena kita memerlukan untuk turun, memerlukan landasan. Memerlukan runway sehingga pesawat bisa turun. Tak semua pulau bisa dipakai," ujar Jokowi.
Selain itu, pemerintah mempertimbangkan tingkat kesiapan tim kesehatan setempat. Karena itu, pemerintah memutuskan Natuna sebagai lokasi paling tepat untuk melakukan karantina dan observasi.
"Sehingga keputusan dari tim adalah di Natuna," ujar Jokowi.
Sebelumnya, Wakil Bupati Natuna Ngesti Yuni Suprapti meminta pemerintah pusat berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten (pemkab) terkait adanya observasi dan karantina bagi WNI yang dievakuasi dari China karena wabah virus corona di Natuna. Ia mengklaim, pemerintah pusat tak berkoordinasi mengenai rencana tersebut sejak awal sampai kedatangan 238 WNI di Natuna.
Kebijakan observasi dan karantina 238 WNI itu dilakukan di rumah sakit pangkalan militer Natuna, Kepulauan Riau. Lokasi RS pangkalan militer tersebut berada sejauh lima sampai enam kilometer dari permukiman warga.
Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan pada Senin (3/2) ada 57 kematian tambahan akibat wabah virus corona. Angka tambahan ini membuat jumlah korban meninggal akibat virus corona di China menjadi 361 orang.
Selain itu, Komisi Kesehatan Nasional China juga mengonfirmasi 2.829 kasus baru virus corona. "Itu membuat ada 17.205 kasus dikonfirmasi," kata pemerintah China seperti dilansir CNBC, Senin (3/2).
Sementara itu Komite Kesehatan Provinsi Hubei mengonfirmasi 2.103 kasus baru dan tambahan 56 kematian di provinsi per 2 Februari 2020. Dikatakan bahwa total kasus yang dikonfirmasi di wilayah tersebut menjadi 11.177 ketika jumlah kematian meningkat menjadi 350 kematian di provinsi tersebut.
Infografis virus corona.