REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febryan A
Kementerian Kesehatan telah mempersiapkan semua skenario proses evakuasi WNI dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pengecekan berlapis akan dilakukan guna memastikan semua WNI itu tidak terjangkit virus corona.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Weindra Waworuntu, mengatakan, proses pertama adalah exit screening. Yaitu pemeriksaan sebelum meninggalkan China.
Meski demikian, Weindra menyebut semua WNI di sana akan dievakuasi. Jumlahnya, kata dia, 249 orang. Artinya, WNI yang menunjukkan gejala terjangkit juga akan dievakuasi.
"Makanya tidak bisa buru-buru. Kita berharap semuanya sehat," kata Weindra saat kegiatan temu media di Gedung Sujudi Kemenkes, Jakarta Selatan, Jumat (31/1).
WNI yang dievakuasi itu nantinya akan dipisahkan selama penerbangan menuju Indonesia. Mereka yang sehat dan mereka yang menunjukkan gejala akan berada di ruangan berbeda ataupun di pesawat yang berbeda.
"Selama di pesawat juga akan ada pemeriksaan oleh tenaga medis kita," ujar Weindra.
Tenaga medis yang menyertai proses evakuasi berjumlah 13 orang. Delapan dari TNI AU. Lima lagi dari Kemenkes, termasuk di dalamnya Weindra sendiri. Semuanya akan menggunakan alat pelindung diri (ADP), mulai dari helm, mantel hingga masker khusus.
Setelah itu, pesawat evakuasi akan mendarat di salah satu wilayah di Indonesia. Weindra masih merahasiakan lokasi pendaratannya. Ia pun enggan memberikan jawaban terkait isu bahwa pesawat evakuasi itu akan mendarat di Kepulauan Natuna.
"Silakan tanya ke Menteri Luar Negeri untuk lokasi pendaratan," ucapnya.
Meski demikian, ia memastikan semua WNI yang dievakuasi itu akan diperiksa kembali sesampainya di Indonesia. Setelah pemeriksaan, mereka yang dalam kondisi sehat akan dikarantina. Sedangkan mereka yang menunjukkan gejala terjangkit akan segera dirujuk ke rumah sakit.
Untuk rumah sakit rujukan, Kemenkes telah menunjuk tiga rumah sakit di Jakarta. Yakni RSPI Sulianti Saroso, RS Persahabatan dan RSPAD Gatot Subroto. Ketiga rumah sakit itu telah menyediakan ruangan isolasi.
"Bagaimana merujuknya ke rumah sakit, semuanya sudah ada SOP-nya," kata dia.
Sedangkan untuk lokasi karantina, Weindra juga masih merahasiakannya. Namun, saat didesak wartawan, ia sempat tak sengaja menyebutkan bahwa tempatnya itu akan berupa asrama.
Petugas kesehatan memberikan pertolongan kepada pasien suspect virus Corona saat simulasi penanganan medis di RSUD Raja Ahmad Tabib, Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Jumat (31/1/2020).
Karantina 14 Hari
Weindra mengatakan, proses karantina akan dilakukan selama 14 hari. Lamanya sesuai dengan standar World Health Organization (WHO).
"Kenapa dikarantina, itu supaya tidak terjadi penyebaran penyakit (virus corona)," kata Weindra.
Selama karantina, kata dia, akan ada 20 tenaga medis yang mendampingi. Mulai dari dokter umum hingga dokter spesialis paru.
Ia menegaskan, WNI yang dikarantina itu akan dipenuhi semua kebutuhan dasarnya. Mulai dari makanan hingga tempat ibadahnya.
"Ya sperti di rumah. Ini karantina, mereka bukan sakit. Kalau yang sakit kan ke rumah sakit," ujarnya.
Meski demikian, Weindra menyebut pihak keluarga dari WNI yang dikarantina itu tidak diperkenankan bertemu. "Mereka boleh datang, tapi tidak bisa ketemu. Ada jaraknya sekian meter," kata dia.
Selama proses karantina, semua WNI itu juga akan diperiksa secara langsung kandungan darahnya untuk memastikan apakah terjangkit corona atau tidak.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Balitbangkes Kementerian Kesehatan, dr Vivi Setiawaty, mengatakan, pihaknya sudah memiliki alat untuk pengecekan tersebut.
"Kami sudah punya alatnya. Sampelnya akan diambil dua kali dan akan butuh waktu selama dua hari untuk memastikan postif corona atau tidak," kata Vivi di kesempatan yang sama.
Setelah proses pemeriksaan dan karantina dilalui, semua WNI yang negatif corona akan dipersilakan kembali ke rumah masing-masing untuk berkumpul bersama keluarga.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan kesiapan evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Provinsi Hubei, China telah memasuki tahap akhir. Hal itu dikatakan sesuai dengan Instruksi Presiden Joko Widodo untuk dapat mengevakuasi WNI dari Hubei secepatnya.
"Keberangkatan pesawat penjemput bersama dengan tim akan dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam," ujar Retno pada Jumat sore.
Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU Marsma TNI Fajar Adrianto, Rabu (29/1), menyatakan TNI Angkatan Udara telah menyiapkan dua pesawat Boeing 737 dan satu pesawat C130 Hercules dan batalion kesehatan untuk mengevakuasi WNI dari China.
WHO pada Kamis telah menyatakan situasi gawat darurat kesehatan global menyusul terus menyebarnya virus Corona. Akibat mewabahnya virus ini, setidaknya 213 orang telah meninggal dunia di China, mayoritas berada di Provinsi Hubei, tempat virus jenis baru tersebut pertama kali muncul. Hampir sebanyak 10 ribu kasus pun juga telah muncul di negara tersebut.
WHO menyebut, sebanyak 98 kasus dari virus ini juga telah terdeteksi di 18 negara lainnya. Namun, hingga kini belum ada laporan adanya korban jiwa. Mayoritas warga yang terjangkit virus ini pernah melakukan perjalanan ke Kota Wuhan, Hubei, China.